Dapat Bantuan Benih, Petani Di Desa Ngeluk, Penawangan Minta Pompa Air

PANEN: Kepala Balitbang Pertanian Kementrian Pertanian Muhammad Syakir (baju putih) memberikan bantuan benih padi di Desa Ngeluk, Kecamatan Penawangan, Kamis (11/01). (MUHAMAD ANSORI/LINGKAR JATENG)

GROBOGAN – Para petani di Desa Ngeluk Kecamatan Penawangan mendapatkan bantuan benih padi varietas terbaru dari Kementerian Pertanian. Penyerahan secara simbolis benih tersebut dilakukan dalam acara panen raya padi MT I di desa setempat, Kamis (11/1).

Namun pada kesempata itu, para petani dari berbagai kelompok tani tersebut mengungkapkan bahwa mereka masih membutuhkan pompa air untuk pengairan sawah mereka.

Ketua Gapoktan Suko Makmur Desa Ngeluk, Suwaji mengungkapkan para petani bisa melakukan panen lebih awal dari biasanya. Hal itu bisa dilakukan setelah adanya bantuan mesin pompa air dari kementerian untuk kelompok tani.

Adanya bantuan tersebut, pengairan untuk lahan seluas 265 hektar bisa diambilkan dari Sungai Lusi. “Sebelumnya, kami panen padi MT I pada akhir Februari dan baru kali ini bisa panen pada awal Januari. Untuk itu, kami minta dukungan bantuan mesin pompa lagi supaya lebih banyak areal sawah yang bisa diairi,” kata Suwaji.

Sumber air selalu tersedia sepanjang waktu yang bersumber dari Waduk Kedungombo, lanjutnya, membuat petani dapat melaksanakan tanam sebanyak tiga kali dalam setahun. “Pola tanam yang biasa kami terapkan itu padi-palawija-padi atau padi-padi-palawija,” jelasnya.

Menurut Suwaji, para petani siap mendukung program tiada hari tanpa panen yang sedang dicanangkan Kementerian Pertanian. Namun pihaknya meminta agar pemerintah tidak merealisasikan rencana impor beras. Pasalnya impor beras hanya akan berdampak turunnya harga panen.

Dari informasi yang dihimpun Lingkar Jateng, lahan yang siap dipanen seluas 60 hektar dari total lahan 278 hektar milik tiga Kelompok tani. Yakni Kelompok tani Suko Makmur yang memiliki lahan 105 hektar, Kelompok Tani Suka Karya 85 hektar dan Kelompok Tani Subur Makmur dengan lahan seluas 85 hektar.

Sebagian besar jenis padi yang ditanam adalah Ciherang dengan rata-rata produksi 7-9 ton/ha Gabah Kering Panen (GKP). Harga gabah pada saat panen mencapai Rp 5 ribu per-kilogram. Sedangkan harga GKP pada tengkulak senilai Rp 4.500 dan harga ditingkat pedagang pengepul  sebesar Rp 5.500. Sedangkan Harga Eceran Tertinggi (HET) gabah yang diterapkan pemerintah adalah Rp 3.700.

Dari harga tersebut terjadi selisih harga sebesar Rp 1.800 antara HET Pemerintah dan harga pada pedagang pengepul.

Sementara itu acara panen raya padi, dihadiri Kepala Balitbang Pertanian Kementrian Pertanian Muhammad Syakir, Kepala Balai Besar Tanaman Padi Moh Ismail Wahab, Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Haris Syahbuddin, Kepala BPTP Jawa Tengah Harwanto.

Hadir pula, Dandim 0717 Purwodadi Letkol Teguh Cahyadi, Kepala Dinas Pertanian Grobogan Edhie Sudaryanto, pejabat Korem Makutarama, serta jajaran Muspika Penawangan.

Kepala Balitbang Pertanian Kementrian Pertanian Muhammad Syakir mengatakan, benih padi yang diserahkan merupakan varietas Impari 30 atau Ciherang plus. “Ini adalah varietas padi terbaru. Kelebihan varietas ini, umurnya lebih pendek, lebih tahan hama dan genangan, dan hasilnya lebih tinggi,” kata Syakir.

Ia menyatakan, dalam rangka menyukseskan program tiada hari tanpa panen, pihaknya juga akan meningkatkan bantuan peralatan pertanian pada petani. Mulai alat untuk persiapan lahan, semisal traktor, pompa air hingga peralatan panen dan pasca panen.

“Dengan dukungan peralatan dan sarana modern maka sudah bisa dilihat dampaknya. Yakni, hampir tiap bulan petani bisa panen padi. Seperti saat ini, ada petani yang panen pada bulan Januari. Sebelumnya, belum pernah petani disini panen pada awal tahun,” katanya. (ori/ais)