Sejarah Simpang Lima Semarang, dari Rawa hingga Kemarahan Soekarno

Simpang Lima
Simpang Lima. ©Wikipedia

SEMARANG – Kawasan Simpang Lima merupakan landmark Kota Semarang. Keberadaannya tidak asing lagi bagi masyarakat baik Kota Semarang maupun warga luar kota.
Di balik tersohornya Simpang Lima, ada cerita unik yang terselip di sana. Ternyata, kawasan Simpang Lima dibangun atas inatruksi Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang marah karena alun-alun pertama di Semarang berpindah tangan ke swasta.

Sejarawan dan Pemerhati Kota Semarang, Jongkie Tio mengungkapkan kawasan Simpang Lima dulunya merupakan rawa-rawa tempat tumbuhnya sayuran bayam dan kangkung.

“Hilangnya ruang terbuka, kalau dulu di Jalan Pahlawan masih sawah kanan kirinya, Kawasan Pekunden dulu kebun sayur, Simpang Lima dulu rawa-rawa. Dulu jalan tidak selebar sekarang ini,” kata Jongkie Tio. Dikutip dari merdeka.com

Sebelum adanya Simpang Llima ini, dahulu pusat Kota Semarang kata Jongkie berada di Alun-alun Masjid Besar Kauman yang ada di Kawasan Pasar Johar.

Jongkie menceritakan, sejarah jika Kawasan Simpang Lima dibangun karena pada saat itu Presiden Soekarno marah dan mengamuk.

Alasan kemarahan Soekarno karena alun-alun sebagai ikon pusat Kota Semarang dipindahtangankan pengelolaannya kepada pihak ketiga atau swasta. Apalagi, saat itu para ulama juga kecewa karena menara Masjid Kauman Kota Semarang dirobohkan oleh pihak ketiga atau swasta, padahal sudah menjadi ikon alun-alun sebagai Pusat Kota Semarang.

“Sejarahnya, Presiden Soekarno marah dan mengamuk, dia kemudian menyuruh membuat Simpang Lima sebagai alun-alun baru karena alun-alun depan Masjid Besar Kauman diberikan ke pihak ketiga oleh pemerintah setempat,” tambahnya.

Meski sederhana, namun sejumlah tempat di Kota Semarang, lanjut Jongkie, memang memiliki sejarah yang tinggi. Dia bersyukur meskipun banyak perubahan di Kota Semarang, ada beberapa tempat-tempat bersejarah yang dipertahankan keaslian bangunan tanpa meninggalkan unsur sejarahnya.

Beberapa tempat itu seperti Kawasan Kota Lama, Kampung Melayu, Kawasan Pekojan Arab-Jawa-Pecinan dan Wisata Pecinan seperti Sam Phoo Kong. “Saya pribadi terkejut dengan perubahan sangat besar sekali yang terjadi di Kota Semarang sekarang. Yang menyolok adalah banyaknya gedung gedung pencakar langit di Kota Semarang saat ini. Tapi saya bersyukur yang tidak berubah Kawasan Kota Lama, Kawasan Wisata Pecinan, Kampung Melayu (Pekojan) dan Pusat Kota tidak berubah,” ungkapnya.