Semarang, joglojateng.com – Ketua Tim Medis Covid-19 RSUP dr. Kariadi Semarang, Dr. dr. Muchlis Achsan Udji, Sp.PD-KPTI mengaku menikmati perannya saat ini. Ia mengatakan bahwa kita hari ini hidup di era yang baru. Era dimana harus benar-benar menjaga kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan ketika ingin beraktivitas.
“Sudahlah, kita nikmati saja peran kita, kita ini memang hidup di era yang baru. Bahwa ini adalah peringatan dan cara Tuhan membersihkan kehidupan dunia secara fisik. Terbukti udara kita sekarang mulai bersih, lapisan ozon kita sudah mulai menebal kembali,” katanya saat ditemui di kompleks RSUP dr. Kariadi Semarang, Senin (9/11).
Ia merasa geram kepada masyarakat yang masih tidak percaya dan cenderung abai terhadap virus ini. Ia bahkan mempersilahkan siapapun yang tidak mempercayai adanya Covid-19 untuk datang dan merasakan sendiri berada di ruang ICU dengan memakai ventilator.
“Bagi yang masih merasa ini konspirasinya luar negeri, itu sebetulnya tidak pas. Sampai-sampai kalau kami anyel (geram) mbok monggo jadi pasien kami sebentar di ICU, pakailah ventilator. Baru merasakan bahwa Covid memang ada,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa ia tidak terlalu suka dengan skema pewarnaan zonasi Covid-19 di beberapa wilayah. Menurutnya, hal itu hanya akan membuat masyarakat takut ketika berada di zona merah, dan akan abai ketika zona hijau. Padahal potensi penularan Covid-19 akan selalu ada disetiap wilayah dengan zonasi apapun.
“Kalau kami pribadi itu tidak seneng ada zona merah, zona orange, zona hitam. Karena kalau zonanya kemudian hijau, membuat masyarakat terlena, terus nggk menggunakan masker lagi. Wong sudah hijau kok. Nggak usah, nggak perlu ada zonasi semacam itu,” kata Muchlis.
Ketika disinggung soal aktivitas sehari-hari bersama keluarga, ia mengaku tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Ia juga menjelaskan bahwa ia dan semua perawat yang ada di rumah sakit mengalami masa yang sulit saat pandemi ini.
Ia menyadari resiko besar yang diambil sebagai dokter maupun perawat di rumah sakit. Resiko paling realistis adalah tertular Covid-19. Dan sebagian dari tim medis yang berada di rumah sakit terbukti telah tertular Covid-19 dalam menjalankan tugasnya, bahkan ada yang sampai gugur.
Resiko yang besar untuk tertular Covid-19 itu membuat Muchlis beserta tim medis selalu menerapkan protokol kesehatan yang ketat, baik ketika bertugas maupun ketika berada di rumah. Muchlis dan kawan-kawan medis tidak pernah lupa untuk mandi dan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum kembali ke rumah dan mengulanginya lagi ketika di rumah.
“Belum lagi ketika di rumah kami harus menjaga jarak dengan anak dan istri, tidak bisa seenaknya saja berdempetan,” katanya.
Sementara itu, diskriminasi soal pasien maupun dokter dan perawat Covid-19 belum sepenuhnya hilang. Di beberapa kelompok masyarakat masih terjadi diskriminasi terhadap perawat maupun pasien Covid-19. Untungnya hal itu tidak terjadi pada Muchlis. Ia mengaku warganya cukup terbuka untuk menerima kenyataan semacam itu.
“Kalau mendiskriminasi sih tidak. Tapi memang mereka membatasi gerak untuk berinteraksi dengan kami. Kadang kalau kami ingin ikut kerja bakti, mereka menolak dengan halus, ‘Pak Dokter istirahat saja’,” jelas Muchlis.
Selama bekerja sebagai tim medis Covid-19 banyak hal yang dilalui Muchlis dan teman-teman perawat lainnya. Salah satu hal yang paling sering terjadi adalah komplain dan protes dari pasien maupun keluarga pasien.
Muchlis menjelaskan, pihaknya sebisa mungkin meminimalisir komplain dari pasien maupun keluarga pasien. Ia berusaha memahamkan sedetail mungkin persoalan yang tengah dihadapi dengan pendekatan humanis. Namun jika komplain berujung sikap diluar batas dan cenderung anarkis, pihaknya memilih menyerahkan peersoalan tersebut kepada pihak kemanan, baik security RS, Polsek, bahkan Polres setempat.
“Kami tidak ingin musibah ini kemudian jadi tambah rumit. Namun jika terjadi komplain yang berlebihan dan cenderung anarkis, ya kami serahkan ke pihak kemanan,” jelasnya.
Muchlis kembali menghimbau kepada masyarakat uintuk tidak menganggap remeh Covid-19. Ia mengatakan Covid-19 benar-benar ada dan akan bertahan sampai 5 tahun mendatang. Untuk itu ia juga mengajak masyarakat bersahabat dengan Covid-19 dan hidup berdampingan bersama Covid-19 dengan melakukan adaptasi kebiasaan baru. (cr2/gih)