Figur  

Dari Dokter hingga Jadi Dosen

Aprilia Karen Mandagie
Aprilia Karen Mandagie. (ERNA D/ JOGLO JATENG)

BERAWAL dari seringnya menjadi narasumber, dokter Aprilia Karen Mandagie SpKK tergerak hati untuk menjadi dosen di Fakultas Kedokteran, Unika Soegijaprata, Kota Semarang. April, sapaan akrab wanita ini, mengawali karir sebagai dokter pada tahun 2005 selepas lulus pendidikan S1 kedokteran di salah satu perguruan tinggi swasta di Semarang. Ia lantas memutuskan menjadi dokter umum dengan status pegawai tidak tetap di Merauke, Papua.

“Saya awalnya jadi dokter umum sampai sekitar tahun 2008. Saya waktu itu mengabdi di Merauke,” kata April saat ditemui di Skin’s Essential Clinic, Jalan MH Thamrin Semarang, Kamis (22/7).

Menjadi dokter, kata dia, merupakan panggilan dan cita-citanya sejak kecil. Selain itu, dorongan dari orang tua dan keluarga turut mendorong dirinya untuk menggeluti profesi ini. “Saya jadi dokter itu karena ingin menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Pengen lebih berguna gitu lah,” jelasnya.

Memasuki tahun 2008, April memulai pendidikan S2 program pendidikan dasar spesialis kulit dan kelamin di salah satu perguruan tinggi negeri di Semarang. Setelah beberapa tahun pendidikan S2, mulai sekitar tahun 2014 April memantapkan diri sebagai dokter spesialis kulit dan kelamin hingga sekarang ini.

April menceritakan, sejak sebelum berdirinya Fakultas Kedokteran Unika di tahun 2019, dirinya sudah mendapatkan tawaran dari Pihak Kampus Unika agar dapat bergabung sebagai dosen di Kampus Ungu tersebut. Ia mengaku tak ingin melewatkan kesempatan emas tersebut.

“Kebetulan sebelum Fakultas Kedokteran (FK) Unika buka, saya sempat dapat tawaran karena pihak kampus kan memang mencari. Begitu FK Unika buka, saya langsung lamar. Ternyata Puji Tuhan diterima. Oke banget,” ujar wanita kelahiran Kota Semarang 9 April itu.

Mengambil profesi baru sebagai dosen menjadi tantangan tersendiri bagi April. Apalagi ibarat kata dirinya bekerja membangun fondasi awal fakultas yang baru.

“Pasti banyak hal lah. Kita kan kayak babat alas. Itu tantangan tersendiri bagi saya. Tapi bagi saya pribadi, jangan jadikan ini sebagai beban, tetapi jadikan tantangan. Tentu itu tidak mudah. Memulai ngajar mahasiswa juga pastinya berbeda dengan saat jadi narasumber,” ujarnya.

Di sisi lain, April mengungkapkan rasa syukur bisa bekerja sebagai dosen di Unika. Sebab, hubungan pertemanan antar dosen dan karyawan terasa begitu hangat layaknya sebuah keluarga. “Semua temen-temen dosen dan karyawan di sini kooperatif dan bisa berjuang bersama,” tandasnya. (cr12/gih)