Ciptakan Peluang Bisnis, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Adakan Pelatihan Desain Ecoprint

BERHASIL: Mahasiswa KKN UIN Walisongo ketika mengadakan pelatihan membuat batik ecoprint bersama ibu-ibu PKK dan warga Genuksari, Semarang. (ISTIMEWA/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, pesona batik tidak hanya dibuat dengan cara dan motif tradisoonal saja. Melainkan, semakin berkembang dengan paduan teknologi serta ragam yang ada.

Salah satunya dengan menggunakan teknik ecoprint. Dimana proses penciptaan motif pada kain menggunakan tumbuhan asli dan mempertahankan warna serta bentuk dari tumbuhan tersebut.

Teknik ini cukup sederhana, namun dapat menghasilkan motif yang unik dan warna yang otentik. Keunikan inilah yang membuat batik ecoprint memiliki peluang yang cukup besar untuk menarik konsumen.

Melihat kesempatan ekonomi tersebut, Mahasiswa Tim KKN UIN Walisongo Semarang berinisiatif untuk memberikan pelatihan pembuatan hiasan dinding dengan desain ecoprint guna menunjang perekonomian masyarakat Genuksari, Semarang.

“Kegiatan pelatihan tersebut dilaksanakan pada hari Minggu, 9 Oktober 2022, dimulai dari jam 09.00 WIB Kegiat hingga pukul 11.30 WIB dan dihadiri oleh lebih kurang 30 audience,” kata anggota KKN, Aghnia.

Dalam kegiatan ini, mahasiswa KKN juga mengundang ibu-ibu anggota PKK wilayah Genuksari.

Dalam pembuatan ecoprint terdapat beberapa teknik yang dapat diterapkan. Pertama teknik pounding. Pada teknik ini, tumbuhan diletakkan diatas kain kemudian dipukul hingga getah tumbuhan terserap pada kain.

Kedua, teknik steaming. Dimana daun ditata di atas kain. Kemudian kain digulung hingga rapat lalu di kukus selama 2 jam untuk mengeluarkan warna tumbuhan dan menyerap secara sempurna pada kain.

Terakhir, teknik fermentasi. teknik ini membuat ekstrak pegmentasi warna yang ada dalam tanaman dengan cara tumbuhan di rendam dengan cuka terlebih dahulu. Kemudian ditata di atas kain dan ditutup kain lagi.

Selepas itu dipukul dengan guna mengeluarkan warna dan motif pada tumbuhan.

“Semoga dengan adanya pelatihan ini, tidak Cuma bermanfaat untuk pengetahuan ibu-ibu du sini. Tapi juga bisa mengembangkan usaha rumahannya,” jelas Aghnia.

Sementara itu, peserta pelatihan, Sri mengatakan bahwa pelatihannya menyenangkan dan bisa menambah kegaiatn di rumah.

“Seru sekali. Bahannya pun mudah didapat. Jadi bisa kalua membuat sendiri nantinya,” katanya.

Ia juga berharap, adanya pelatihan tersebut dapat membuka lapngan pekerjaan di desanya.

“emoga kedepannya saya bisa mengaplikasikannya dan mendorong UMKM di desa saya serta membantu membuka lapangan kerja bagi para masyarakat di desa saya,” jelasnya. (*/mg2)