Figur  

Wow! Mahasiswi Polbangtan Yogyakarta Magelang Ini Sabet Juara Pertama Lomba Esai Nasional

Rena Suryaningsih. (ADIT BAMBANG SETYAWAN/JOGLO JOGJA)

PRESTASI membanggakan ditorehkan mahasiswi semester 4 Penyuluh Pertanian Berkelanjutan Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta–Magelang (Polbangtan Yoma), Rena Suryaningsih.

Kali ini, Rena berhasil menyabet juara pertama cabang lomba esai analisis dalam Kompetisi Nalarin yang digelar Universitas Negeri Yogyakarta.

Tak mudah meraih dua gelar juara ini. Rena menceritakan, harus melalui beberapa tahapan lomba, yang terdiri dari seleksi karya tulis esai, dan dilanjutkan dengan presentasi karya. Ia harus bersaing dengan 85 tim dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Dalam kompetisi itu, Rena menyoroti masalah global di ketahanan pangan. Hal itu tentu disesuaikan dengan tema perhelatan yang ia ikuti, yakni sinergi antara teknologi dan ilmu pengetahuan untuk mengatasi permasalahan global.

Lahirnya ide itu berlatar belakang dari fenomena ketahanan pangan yang sedang tidak baik-baik saja di Indonesia, bahkan dunia. Ditambah lagi karena ada dampak perang Rusia dan Ukraina, dan dampak perubahan iklim mengancam ketahanan pangan kita.

“Di Indonesia sendiri kita juga masih punya masalah itu. Namun, sebetulnya Kementerian Pertanian (Kementan) sudah punya strategi menangani itu namanya pertanian presisi,” katanya.

Meski begitu, Indonesia belum mampu mengaplikasikannya. Hal itu, karena Sumber Daya Manusia (SDM) masih rendah. Ada 78 Persen, kalangan petani di Indonesia masih bertingkat pendidikan SD dan didominasi oleh orang-orang yang sudah berumur.

“Padahal untuk mengadopsi teknologi kita butuh generasi muda. Sedangkan berdasarkan data BPS 2022, petani muda cuma ada 22 persen. Makanya kita perlu meningkatkan petani muda dan melakukan regenerasi petani agar bisa melangsungkan pertanian presisi ini,” ungkapnya.

Rena mengaku, membutuhkan waktu dua hari untuk merampungkan pembuatan esainya. Namun, untuk materi ia tidak merasa kesulitan, karena hal itu sudah menjadi bidang keilmuannya ketika duduk di bangku perkuliahan Polbangtan. Ditambah lagi, ilmu menulis sudah ia dapatkan ketika duduk di semester 3.

“Namun, ini memang sedikit menyita waktu belajar. Karena dalam membuat esai analisis kita perlu beberapa data dan harus mencari data FHO dan BPS. itu yang mungkin menjadi kendala karena di BPS terkadang ada pembaruan-pembaruan data sehingga harus lebih teliti,” tuturnya.

Hal lain yang juga membuat dirinya harus lebih ekstra dalam membagi waktu adalah ketika perlombaan esai itu bertepatan dengan Ujian Akhir Semester (UAS) di kampusnya.

Ia mengaku harus me-management waktu karena keduanya menjadi tugas yang harus ia rampungkan.

“Untuk bagi waktu ya semisal dimateri A untuk UAS saya sudah sedikit memahami, saya akan menyisihkan beberapa waktu untuk membuat esai. Karena bagi saya, menulis tidak bisa satu hari jadi. Ide-ide bisa datang kapan pun, dan harus diterapkan sedikit demi sedikit,” jelasnya.

Ketika ditanya soal perasaannya, Rena mengaku bangga atas pencapaiannya. Ia juga mendorong kepada teman-temannya untuk semangat dan tidak takut dengan perlombaan dibidang akademik khususnya kepenulisan.

“Jangan berpikir menulis itu susah. Karena kalau kita sudah tahu teknik menulis maka semua akan mudah. Kalau temen-temen mau join lomba jangan pernah takut, dan jangan pesimis. Saya rasa dosen di Polbangtan sangat support mahasiswanya untuk ikut lomba,” tandasnya. (bam/abd)