JEPARA, Joglo Jateng – Pemerintah Desa Ngabul, Kecamatan Tahunan, bersiap membangun destinasi wisata baru. Proses pembuatan dimulai paling cepat pada Oktober mendatang. Proyek ini bertujuan menjadi pusat pariwisata yang tidak hanya fokus pada alam, tetapi beragam aktivitas menarik.
Petinggi Ngabul, Kecamatan Tahunan, Sholehan, menjelaskan bahwa destinasi tersebut akan berfungsi sebagai gerbang utama yang menghubungkan 14 desa tujuan wisata lain di Kecamatan Tahunan. Kawasan tersebut juga akan menjadi pusat transit bagi wisatawan yang datang berkunjung. “Rencana kami, Ngabul ini sebagai transit awal gerbangnya,” ungkapnya, belum lama ini.
Wisata desa ini akan dibangun di lahan seluas 3 hektare di Dukuh Jeruk Gulung, di belakang Kantor Dinas Perhubungan. Proyek ini didukung dana aspirasi dewan lewat Bantuan Provinsi (Banprov) Jawa Tengah. Tahap pertama pengerjaan diharapkan selesai pada pertengahan tahun 2025.
“Rencananya, awal atau pertengahan November, pengerjaan proyek sudah bisa dimulai. Dimungkinkan ada juga tahap kedua Banprov 2025. Jadi, ini bersifat berkesinambungan,” ujarnya.
Sholehan menyampaikan, kawasan tersebut akan mengusung konsep ramah lingkungan melalui pengembangan rest area one stop shopping atau area istirahat belanja terpadu. Proyek itu akan menggabungkan berbagai fasilitas untuk rekreasi, edukasi, dan wisata dalam satu lokasi. Diharapkan, destinasi baru ini menjadi unggulan di Kabupaten Jepara, menarik wisatawan lokal dan mancanegara.
Lebih lanjut, Sholehan merinci beberapa ikon menarik yang akan dihadirkan. Seperti, agro wisata, gedung serbaguna, lintasan balap kendaraan, pusat olahraga, kedai kopi, area kuliner, layanan perjalanan dan paket wisata, serta lokasi kamping.
“Kami berharap ini akan menjadi daya tarik baru di Kabupaten Jepara, sekaligus mendorong perekonomian lokal,” tambahnya.
Selain di danai Banprov, proyek ini juga melibatkan anggaran swadaya dan mitra atau investor. Ia optimis dapat mencukupi kebutuhan dana. Keyakinan itu didasarkan pada pengalaman pembangunan Pasar Desa Ngabul, yang melibatkan pemodal. Termasuk pembangunan destinasi lainnya milik BUMDes, rata-rata tidak menggunakan APBD atau APBDes. “Pasar saja Rp 9 miliar itu tidak pernah menggunakan dana desa,” ungkapnya.
Bahkan pada tahun 2023 lalu, Desa Ngabul disematkan sebagai Desa Mandiri dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Capaian itu diperoleh salah satunya dari pendapatan pasar desa, yang bisa mencapai Rp 800 juta per tahun. (cr4/gih)