Mbak Ita Tinjau Perkembangan Padi Varietas Biosalin

AKTIVITAS: Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu saat meninjau perkembangan lasi varietas biosalin di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, belum lama ini. (HUMAS/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng –  Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu meninjau perkembangan padi varietas biosalin menjelang waktu panen di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu. Padi Biosalin merupakan varietas padi yang dirancang untuk beradaptasi dengan kondisi lahan pesisir, di mana kadar garam dalam tanah cukup tinggi. Varietas ini tidak hanya tahan terhadap salinitas tetapi juga memiliki potensi hasil yang tinggi.

Sebagai informasi, padi biosalin yang ditanam di lahan seluas satu hektar ini merupakan hasil kolaborasi beberapa pihak. Mulai dari, BRIN, Brida Kota Semarang, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, dan Kelompok Tani Sumber Rejeki Mangunharjo Kecamatan Tugu.

“Alhamdulillah, teman-teman juga bisa melihat hasilnya sangat luar biasa gemuk-gemuk (padinya). Ini hari ke-64 (sejak ditanam), jadi nanti tanggal 25 Oktober akan dilakukan panen dan panen akan menjadi benih,” ucapnya melalui keterangan tertulis yang diterima Joglo Jateng, Kamis (17/10/24).

Lebih lanjut, ia menerangkan, ada dua sistem penanaman padi biosalin. Pertama yaitu penyemaian dulu baru kemudian ditanam. Kedua, sistem tabila (tanam benih langsung). Nantinya, bulir hasil panen padi biosalin ini akan menjadi benih yang ditanam di lahan pertanian payau di Jepara dan Batang, bekerja sama dengan Universitas Diponegoro.

“Undip juga akan melakukan tanam percontohan di Jepara dan di Batang. Kami akan mengajak Kelompok Tani Sumber Rejeki yang nantinya bisa menjual benih ini kepada masyarakat. Jadi selain menanam untuk dikonsumsi, lebih menguntungkan juga dengan penjualan benih,” jelasnya.

Di samping itu, Mbak Ita juga berkomitmen memastikan ketersediaan alat dan mesin pertanian (Alsintan) serta saluran-saluran air yang memadai untuk menunjang panen padi biosalin secara optimal. Dalam hal ini, pihaknya akan menggandeng CSR dari perusahaan-perusahaan untuk pelaksanaannya.

Selain bisa bertahan di kawasan pesisir, kata Mbak Ita, varietas padi biosalin juga memiliki keunggulan yaitu hasil panen yang lebih banyak. Menurutnya, Padi biosalin bisa menghasilkan 6-7 ton per hektar yang sebagai perbandingan, padi inpari 32 hanya bisa menghasilkan 3 ton per hektar.

Dirinya berharap, upaya-upaya mengoptimalkan hasil panen padi biosalin ini akan mendorong multiplayer effect dan meningkatkan kesejahteraan petani. Terlebih saat ini pemerintah pusat tengah gencar melakukan berbagai inovasi yang menunjang ketahanan pangan.

Sementara itu, Anggota Kelompok Tani Sumber Rejeki Mangunharjo Kecamatan Tugu, Muhson perawatan padi varietas biosalin ini tidak berbeda jauh dengan padi biasanya. Hanya saja, untuk sistem pemupukan dilakukan sekali saja. “Saya pupuk 1 kali saja karena musim kemarau kekurangan air. Itu memupuk hanya 1 kali (hasilnya bagus),” ucapnya. (int/gih)