Kudus  

ITB Bangun Sumur Pamsimas di Desa Tumpangkrasak

PENGEBORAN: Pemdes Tumpangkrasak bersama tim dari ITB sedang melakukan pemantauan progres pembangunan Pamsimas di RW 4 belum lama ini. (DYAH NURMAYA SARI/JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng – Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Tumpangkrasak, Jati. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang difokuskan pada penyediaan air bersih di desa tersebut.

Ketua Tim Pelaksana Pengabdian Masyarakat ITB, Arif Susanto menjelaskan, pihaknya telah membantu masyarakat di berbagai daerah terkait permasalahan air bersih sejak 2015. Namun, untuk kali ini, ia yang merupakan warga Kudus, memutuskan untuk membantu kampung halamannya sendiri.

“Selama ini saya sudah sering membantu kampung orang lain. Kali ini, saya ingin membantu kampung saya sendiri. Terutama di Desa Tumpangkrasak yang menghadapi masalah air bersih. Beberapa sumur di sini mulai tercemar,” jelasnya.

Program ini dilaksanakan dengan dukungan dari berbagai pihak. Termasuk Pemdes Tumpangkrasak, Persadaku (Perkumpulan Alumni SMP N 2 Kudus), dan Guyub Alumni ITB Soko Kudus (Gaikoku).

Untuk tahun ini, satu unit sumur Pamsimas telah dibangun di RW 4 dengan kedalaman 80 meter. Diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air bersih sekitar 474 jiwa. Pada 2025, rencana pembangunan akan berlanjut ke RW 5, yang memiliki sekitar 1.100 jiwa. Total keseluruhan warga yang akan mendapatkan manfaat dari program ini diharapkan mencapai sekitar 1.600 jiwa.

Program ini melalui beberapa tahap, mulai dari sosialisasi kepada masyarakat, survei geolistrik, hingga pengeboran dan pemasangan pompa air serta instalasi sumur dan listrik. Setelah pengeboran selesai, air akan diuji di laboratorium untuk memastikan kelayakannya sebagai air konsumsi.

“Kami berharap air ini layak untuk diminum, meskipun harus dimasak terlebih dahulu,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Desa Tumpangkrasak, Sarjoko Saputro menyambut baik program ini. Terutama karena desa kerap mengalami masalah kualitas air saat musim hujan yang menimbulkan bau tidak sedap.

“Kami bersyukur atas bantuan dari ITB dan beberapa komunitas ini. Sosialisasi kepada masyarakat sudah dilakukan, dan warga sangat antusias. Mereka sudah tidak sabar untuk menggunakan Pamdesa ini,” ujarnya.

Sarjoko juga menyampaikan, setelah proyek ini rampung, desa akan melanjutkan pipanisasi pada tahun anggaran 2025. Setelah itu, pengelolaan akan diserahkan kepada BUMDes untuk menjamin pemeliharaan dan pemanfaatan sumur secara optimal oleh masyarakat.

“Dengan adanya program ini, kami berharap Desa Tumpangkrasak dapat terbebas dari permasalahan air bersih yang selama ini dialami, sehingga meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat,” pungkasnya. (cr3/fat)