SEMARANG, Joglo Jateng – Para nelayan di Kota Semarang terpaksa tidak bisa melaut sejak Selasa (28/1/2025) lalu. Hingga kemarin, curah hujan tinggi masih melanda wilayah ini. Terutama di daerah pesisir.
Ketua Kesatuan Perempuan Pesisir Indonesia (KPPI) Semarang, Suntiah mengaku, dirinya terpaksa menunda untuk menerima pesanan kerang hijau yang biasa ia tangkap.
“Saya kemarin dapat pesanan kerang hijau saya pending karena tidak melaut,” ucapnya saat dihubungi Joglo Jateng, Kamis (30/1/25).
Meski begitu, ia menerangkan, cuaca ekstrem seperti ini justru berdampak positif pada penjual hasil tangkapan ikan di pasar. Mereka yang masih menyimpan dagangan ikan sebelumnya, kemudian dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.
“Seperti yang sebelumnya kerang hijau kecil Rp 3 ribu per kilo menjadi Rp 9 ribu per kilo,” katanya.
Ia menambahkan, ketika mereka tidak bisa melaut dan tidak mendapatkan penghasilan, mayoritas nelayan memanfaatkan bahan makanan seadanya untuk bertahan hidup di rumah. Seperti makan nasi putih dengan sambal terasi, atau mie instan sebagai lauk.
“Ada juga yang punya cadangan lauk ikan asin, jadi itu yang mereka makan disaat cuaca seperti ini,” ujarnya.
Bagi perempuan pesisir yang memiliki pekerjaan sampingan, kata Suntiah, biasanya mereka menjualkan sisa hasil tangkapan ikan yang diawetkan. Kemudian, dijual ke pasar dan uangnya dipergunakan untuk membeli bahan makanan.
“Tetapi kalau ada yang tidak memiliki pekerjaan sampingan sama sekali, seperti yang kerjanya hanya mengupas kerang, udang. Mereka benar-benar di rumah saja, atau mereka hutang ke tetangga, hutang ke kas PKK dan lain-lain,” terangnya.
Di sisi lain, berdasarkan informasi yang ia dapat dari anggotanya, beberapa di antara mereka memberanikan diri melaut dengan jarak lokasi yang tak jauh dari daratan. Hal itu mereka lakukan ketika gelombang air masih kecil, dan angin belum sekencang saat ini.
“Karena mereka terdesak oleh kebutuhan. Seperti membayar listrik, air, bahan masakan sehari-hari sampai biaya sekolah anak,” tuturnya.
Sementara itu, salah satu nelayan Tambakrejo, Marzuki menyampaikan bahwa dirinya terpaksa meliburkan diri dari melaut selama tiga hari ini. Meski begitu, dirinya bersama nelayan lainnya tengah bersiaga menjaga perahu agar terbawa arus laut.
“Kalau hujan sudah reda sedikit, perahu yang telanjur tergenang air akan kami kuras agar tidak tenggelam. Sampai saat ini alhamdulillah di Tambakrejo belum ada yang rusak dan masih aman,” ungkapnya.
Selain meliburkan diri, kata Zuki, sebagai nelayan membuat kegiatan rumahan seperti memperbaiki alat kebutuhan melaut yang rusak. Hal ini supaya ketika cuaca sudah terang bisa digunakan dengan maksimal.
“Untuk menopang perekonomian rumah tangga (selama libur melaut, Red.) kita yang punya tabungan harus buka celengan, atau pinjam ke tetangga,” pungkasnya. (int/adf)