KUDUS, Joglo Jateng – Proyek pengendalian banjir melalui sistem polder Kolam Retensi Jati telah mencapai tahap pertama dengan hasil yang cukup menjanjikan. Lima unit pompa kini beroperasi penuh di wilayah terdampak banjir. Hal itu dapat mengurangi genangan air meskipun evaluasi terus dilakukan menghadapi curah hujan tinggi.
Direksi Teknis Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Nizar Raharjo mengungkapkan, kolam retensi Jati mampu menampung hingga 25 ribu meter kubik air. Kapasitas operasional pompa terdiri dari tiga unit dengan output 1.500 liter per detik, dua unit 500 liter per detik, serta satu pompa lomper 50 liter per detik. Semua telah berfungsi secara optimal.
Meski demikian, Nizar mencatat, beberapa titik permukiman masih mengalami genangan air karena elevasi tanah yang lebih rendah dibanding rencana muka air banjir. “Muka air banjir direncanakan berada di elevasi plus 5, namun beberapa perumahan berada di bawahnya sehingga genangan masih terjadi di titik-titik terendah,” jelasnya.
Tahap pertama proyek ini difokuskan pada wilayah Kota Kudus dan sekitarnya. Khususnya daerah Jati Wetan dan Jati Kulon. Rencana tahap kedua akan memperluas pengendalian banjir ke wilayah Wates, Undaan, dan Karangkong.
“Tahap dua sedang dalam kajian, dan kami mempertimbangkan penambahan unit pompa serta normalisasi sungai untuk meningkatkan efektivitas sistem,” tambah Nizar.
Selain aspek teknis, kendala lain yang menghambat kelancaran aliran adalah tumpukan sampah di sekitar drainase. Perbedaan ketinggian hampir satu meter antara drainase dan kolam retensi menyebabkan sampah menyumbat aliran.
Sementara itu, Anggota Komisi C DPRD Kudus, Rochim Sutopo, menekankan pentingnya edukasi pengelolaan sampah. Ia juga mendesak BBWS segera menindaklanjuti normalisasi Kaliwulan sepanjang 400 meter. Kemudian mendorong pemerintah desa mengalokasikan dana untuk perbaikan sistem drainase lokal.
“Pintu pengendali air masih dipenuhi sampah. Kami mengimbau agar masyarakat lebih selektif dalam membuang sampah agar sistem pengendalian banjir berjalan efektif,” katanya.
Rochim mengapresiasi penggunaan anggaran hampir Rp370 miliar untuk pengendalian banjir yang sudah menunjukkan hasil positif meskipun beberapa desa seperti Goleng dan Pasuruhan Lor masih tergenang. (adm/fat)