SEMARANG, Joglo Jateng – Sepanjang 100 kilometer atau 4 persen jalan provinsi di Jawa Tengah mengalami kerusakan yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota. Hal itu disampaikan oleh Kepala DPU Bina Marga dan Cipta Karya (DPUBINMARCIPKA) Jawa Tengah, Hanung Triyono.
“Jadi kita hitung penurunan itu dari 91,47 persen kondisi mantap, turun sekitar 4 persen, jadi sekitar 100 km, itu yang mengalami kerusakan secara akumulasi di berbagai tempat,” kata Hanung saat ditemui di Gedung Gradhika Semarang, baru-baru ini.
Dia mengaku kerusakan tersebut disebabkan berbagai hal, tak terkecuali akibat hujan dan kendaraan yang overload. Khususnya jalan provinsi di Pantai Utara (Pantura) Jateng.
“Iya (hujan berpengaruh, Red.). Banyak titik, pokoknya semua ruas kita cek. Kita paling parah di Jepara-Keling. Kalau daerah itu ada di Wiradesa-Kajen, itu juga Pekalongan. Di Wonogiri juga ada,” ungkapnya.
Hanung menyebut, Jalan Brigjen Sudiarto di Kota Semarang masuk sebagai prioritas jalan provinsi yang menjadi fokus perbaikan DPUBINMARCIPKA Jateng. Sebab, Jalan Brigjen Sudiarto kerap dikeluhkan oleh warga Semarang lantaran banyaknya lubang yang membahayakan pengendara. Selain itu, jalan di Jepara-Keling turut menjadi prioritas pembenahan.
“Di Brigjen Sudiarto kita tetap tambal-tambal, meskipun tidak bisa awet ya. Mestinya di situ peningkatan seperti tahun kemarin, kan ada pembetonan. Mudah-mudahan nanti kita usulkan juga untuk ke depan yang lainnya kita beton juga,” bebernya.
Hanung menyebut, dirinya sudah berkordinasi untuk membereskan kerusakan di jalan provinsi. Lantaran kondisi APBN belum cair, kata Hanung, perbaikan jalan provinsi menggunakan dana dari program Corporate Social Responsibility (CSR) dan sumber lainnya.
Adapun pengerjaan itu diupayakan selesai sebelum Idulfitri. Namun, kata Hanung, belakangan terjadi pengurangan anggaran perbaikan jalan yang semula Rp 100 juta menjadi Rp 30 juta per kilometer.
“Jadi biaya perbaikan ada penurunan dari biasanya. Idealnya itu Rp 100 juta per km, terus turun jadi Rp 88 juta, itu bisa kita selesaikan lah. Terus sekarang dari 2.240,12 km jalan provinsi, itu jadi Rp 224 miliar mestinya. Itu hitungan kasar ya, tetapi yang dianggarkan itu Rp 127 miliar. Itu kalau dibagi per kilometer, jadi sekitar Rp 30 juta per km” lanjut dia.
Ia berharap, pemeliharaan jalan rusak sepanjang 100 km itu dapat tetap dituntaskan dengan anggaran yang tersedia. Pihaknya berkomitmen akan mempertahankan kemantapan jalan provinsi yang membentang sepanjang 2.240,12 kilometer tersebut. Salah satu upaya yang ia lakulan adalah melakukan penambalan jalan rusak di berbagai titik.
“Jadi kita geser sampai lebaran, kemarin dihitung dari mulai rutin bisa melaksanakan itu sampai anggaran 70 persen dari yang tersedia, nanti sisanya untuk perubahan anggaran. Mudah-mudahan masih bisa kita lakukan percepatan,” pungkasnya. (luk/adf)