Jepara  

Sabet 11 Penghargaan, DP3AP2KB Jepara Komitmen Beri Pelayanan dengan Hati

PRESTASI: Kepala DP3AP2KB Kabupaten Jepara, Moh. Ali saat menunjukkan sejumlah penghargaan yang diraih DP3AP2KB di kantornya, Selasa (18/2). (LIA BAROKATUS SOLIKAH/JOGLO JATENG)

JEPARA, Joglo Jateng – Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Jepara berhasil menyabet sebanyak 11 penghargaan di tingkat provinsi hingga nasional selama 2024.

Sederet penghargaan itu di antaranya, penghargaan Ruang Bermain Ramah Anak sesuai standar dengan peringkat RBRA, juara 1 tingkat nasional lomba Praktik Baik Satyagatra di Balai Penyuluhan KB Satyagatra Hasrat Kecamatan Bangsri, juara harapan 1 putri Apresiasi Duta Genre Jawa Tengah.

Kemudian, juara 1 Forum Genre Terbaik Jawa Tengah, juara 1 Capaian Pelayanan KB MKJP tingkat Provinsi Jawa Tengah dalam rangka Hari Jadi Provinsi ke-72 dan HUT RI ke-77, juara 1 Apresiasi Peran Klinik Swasta dalam Peningkatan Pelayanan KB Regional 1, juara 1 Capaian Pelayanan KB MKJP tingkat Provinsi Jawa Tengah dalam rangka Hari Jadi Provinsi ke-72 dan HUT RI ke-77.

Selanjutnya, juara 1 Apresiasi Peran Klinik Swasta dalam Peningkatan Pelayanan KB Regional 1, juara 1 Rumah Data Kependudukan tingkat Provinsi Jawa Tengah, juara 2 PPKBD Teladan tingkat Provinsi Jawa Tengah, serta juara 3 PLKB / PKB Teladan tingkat Provinsi Jawa Tengah.

TINGKATKAN PELAYANAN: Kepala DP3AP2KB Kabupaten Jepara, Moh. Ali saat memimpin rapat evaluasi kinerja selama 2024 dan komitmen kinerja 2025, beberapa waktu lalu. (LIA BAROKATUS SOLIKAH/JOGLO JATENG)

Kepala DP3AP2KB Kabupaten Jepara, Moh. Ali menyampaikan bahwa penghargaan itu tidak lepas dari kerja keras sekaligus komitmen dari berbagai pihak untuk mendukung program dari DP3AP2KB. Ali menekankan pelayanan menggunakan hati dengan konsep bahagia, kerja, dan sukses.

“Kami membuat komitmen dengan teman-teman mulai dari staff, kabid, sampai sekdin untuk bersama-sama menerapkan konsep kerja, kerja bahagia, kerja sukses,” paparnya kepada Joglo Jateng, Selasa (18/2).

Dalam pelaksanaan program, termasuk advokasi dan sosialisasi tentang perlindungan perempuan dan hak-hak perempuan, DP3AP2KB selalu mengutamakan kerja cepat dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan.

DP3AP2KB juga memiliki dua pegawai khusus untuk penanganan psikologi, dua pegawai untuk penanganan hukum, dan menjalin kerjasama dengan rumah sakit untuk memaksimalkan pengawalan terhadap korban.

Berkat upaya tersebut, DP3AP2KB berhasil menekan jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dari tahun ke tahun. Pada tahun 2022, jumlah kasus tercatat 28, turun menjadi 25 kasus di tahun 2023, dan menurun 24 kasus di tahun 2024.

“Alhamdulillah, kasus kekerasan terus menurun dari tahun ke tahun. Hal ini tidak terlepas dari peran Forum Anak Genre yang kami tugaskan untuk mengedukasi tentang peran perempuan dan anak, serta bahaya pernikahan dini di setiap sekolah,” tambahnya.

DIALOG: Kepala DP3AP2KB Kabupaten Jepara, Moh. Ali beserta tim DP3AP2KB saat rembuk penanganan stunting di Kecamatan Nalumsari, belum lama ini. (LIA BAROKATUS SOLIKAH/JOGLO JATENG)

Selain edukasi di satuan pendidikan, DP3AP2KB juga secara masif melakukan sosialisasi di setiap desa melalui Balai Penyuluhan Keluarga Berencana (KB). Mereka melaksanakan fungsi teknis dalam pelayanan KB, pendataan keluarga dan penduduk, serta sosialisasi mengenai ekonomi keluarga dan ketahanan keluarga.

Di samping itu, DP3AP2KB juga melakukan pendampingan untuk mencegah stunting. Seperti melakukan penyuluhan dan edukasi masyarakat tentang pentingnya pencegahan stunting, pemberdayaan masyarakat untuk turut berperan aktif dalam mencegah stunting, dan menyelenggarakan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak buruk stunting, mengadopsi model pemberdayaan perempuan yang responsif gender, dan memberikan pendampingan kepada keluarga yang berisiko stunting.

“Program dari dinas kami breakdown ke bawah agar terhubung. Selain itu, ada kader tim pendamping keluarga yang tidak hanya mendampingi pada isu stunting, tetapi juga risiko pernikahan dini,” tutupnya. (oka/gih)