Optimalkan Pemanfaatan Pekarangan dengan Tanaman Rentan Inflasi

Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah, Mohammad Saleh, saat berkunjung di Kantor Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (DOK. PRIBADI/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah Mohammad Saleh, memandang perlu adanya penguatan gerakan pemanfaatkan pekarangan dengan membudidayakan tanaman kebutuhan keseharian. Pasalnya, pemanfaatan pekarangan itu akan menguatkan ekonomi masyarakat dalam jangka Panjang. Gerakan pemanfaatkan pekarangan tersebut diyakini memiliki multiplier effect yang dahsyat.

“Jika didukung dengan perencanaan yang baik, serta ditopang dengan penyediaan bibit tanaman yang berkualitas, gerakan pemanfaatan pekarangan memiliki multiplier effect yang dahsyat,” ujar Mohammad Saleh, Senin (24/2/25).

Menurut Bendahara DPD Partai Golkar Jateng itu, gerakan pemanfaatan pekarangan perlu menjadi prioritas untuk mendukung ketahanan pangan. Gerakan ini layak dilakukan mengingat masih banyak rumah tinggal di Jateng yang memiliki pekarangan.

“Tidak perlu gagasan muluk-muluk. Kalau masyarakat didukung dan difasilitasi dengan bibit yang baik, penananam cabai, bawang merah, tomat, kangkung, bayam, terong dan sejenisnya akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketahanan pangan. Apalagi kalau disinergikan kegiatan ternak kecil seperti ayam petelur, pasti akan lebih berdampak,” katanya.

Mohammad Saleh selaku Koordinator Komisi B Bidang Perekonomian membidangi perindustrian, perdagangan, pertanian, perikanan dan keluautan, peternakan dan kesehatan hewan, perkebunan, kehutanan, pariwisata, ketahanan pangan dan logistik, dunia usaha dan badan penanaman modal, serta koperasi UKM dan dunia usaha.

Lebih lanjut, ia mengemukakan selain memiliki multiplier effect mulai dari menjaga tingkat inflasi, menguatkan ketahanan pangan, serta penghematan belanja keluarga, penerapan penanaman sayuran rentan inflasi juga mudah diaplikasikan. Hal itu lantaran tidak dibutuhkan pelatihan yang rumit. Karena, masyarakat sebenarnya memiliki ketrampilan berkebun yang sudah dimiliki secara naluriah. Sayangnya, potensi dan peluang ini kurang didukung dan didorong dengan sunguh-sungguh serta berkesinbambungan.

“Kalau gerakan pemanfaatan pekarangan terus digelorakan, gejolak inflasi kebutuhan cabai, bawang merah, dan sayuran bisa dikendalikan. Gerakan ini bisa juga dilakukan di kawasan perumahan perkotaan dengan memanfaatkan ruang terbuka yang ada. Kalau diatur secara bersama, lingkungan perumahan perkotaan juga bisa berkontribusi menjaga inflasi komoditas pertanian yang rentan inflasi,” imbuhnya.

Gerakan itu menurutnya, perlu didukung oleh Pemerintah Daerah. Dia yakin jika pemerintah daerah hadir dalam gerakan ini secara nyata, Jawa Tengah yang dikenal sebagai salah satu lumbung pangan nasional akan makin kokoh keberadaannya.

“Pemerintah daerah harus hadir. Gerakan ini juga berdimensi sebagai ekonomi kreatif. Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah harus menempatkan gerakan ini sebagai prioritas,” tegasnya.

Untuk itu, selaku Koordinator, ia meminta agar Komisi B DPRD Jateng segera duduk bersama dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah, serta perwakilan masyarakat membahas penyiapan dan pelaksanaan gerakan pemanfaatan pekarangan.

“Kalau perencanaan dan penyiapan mekanisme dukungannya tersusun dengan baik, sepanjang rancangannya memakai data yang lapangan yang riil, ini bukan saja menjadi gerakan yang berdaya guna. Namun juga akan memberi kontribusi secara signifikan dalam ketahanan pangan dan pewujudan kesejahteraan masyarakat,” tandasnya.(*/sam)