SOLO, Joglo Jateng – Menteri Pertanian (Mentan) RI Andi Amran Sulaiman menemukan volume minyak rakyat MinyaKita tidak sesuai takaran di Pasar Gede Solo meski sesuai HET (harga eceran tertinggi). Yakni Rp15.700 per liter.
“Yang botol ini kurang, hanya 900 ml, jadi kurang 100 ml. Harganya sesuai HET, tetapi masih kurang. Ini harus diperbaiki,” katanya pada peninjauan ketersediaan sembilan bahan pokok (sembako) jelang Lebaran 2025 di Solo, Selasa (11/3/25).
Ia mengatakan sebelumnya juga ditemukan MinyaKita dengan kemasan 1 liter. Namun, isinya hanya 750 ml.
“Jadi kurang 25 persen. Kalau ini kurangnya 10 persen. Artinya tingkat kesadaran mulai meningkat karena tiga hari lalu masih kurang 25 persen ini tinggal 5-10 persen,” katanya.
Terkait hal itu, ia meminta kepada Satgas Pangan dan Polresta Surakarta untuk segera menindaklanjuti indikasi penyimpangan itu.
“Ikuti kenapa kurang,” katanya.
Meski demikian, ia meminta agar kepolisian tidak menindak pengecer maupun penjual di pasaran. Namun, pada tingkat produsen.
“Jangan ditindak pengecer, penjualnya. Mereka hanya cari keuntungan Rp1.000-2.000, cari rejeki di Ramadan jangan diganggu. Cari produsen, di mana memproduksi ini. Harus ditindak, harus konsisten. Tindak tegas mereka,” katanya.

Pada kesempatan tersebut, ia juga mengimbau kepada para pedagang agar membantu orang yang sedang menjalankan ibadah puasa dengan berdagang secara jujur.
“Jangan mengurangi volume penjualan minyak goreng dan jangan jual di atas HET. Ayo menciptakan kedamaian di Ramadan. Ini bulan penuh berkah, kita cari amal sebanyak-banyaknya, menjual sesuai HET, mendapatkan pahala. Kami imbau jangan melakukan kecurangan dalam menjual bahan pangan,” katanya.
Pemprov Jateng Respons Lonjakan Harga
Sementara itu, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko buka suara terkait dugaan pelanggaran dalam sistem penjualan Minyakita yang menyebabkan lonjakan harga di pasar tradisional. Dia membenarkan bahwa dalam pemantauan yang dilakukan menunjukkan harga Minyakita telah melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
“Tim kami selalu melakukan pemantauan di pasar. Karena situasi jelang Lebaran, harga bahan pokok, termasuk Minyakita, mengalami kenaikan harian. Dari hasil rekap kami, harga Minyakita di pasar rata-rata dijual di atas Rp16 ribu, padahal HET-nya hanya Rp15.700. Maka, kami akan menindaklanjuti hal ini,” ujarnya, Selasa (11/3/25).
Menurut Sujarwanto, lonjakan harga ini terjadi karena pola penjualan Minyakita tidak terstruktur seperti elpiji atau pupuk bersubsidi. Akibatnya, muncul risiko bagi konsumen dalam mendapatkan minyak goreng bersubsidi tersebut.
“Minyakita tidak memiliki sistem distribusi tertutup seperti elpiji atau pupuk yang sudah ditentukan siapa penyalurnya. Maka, ada risiko dalam mekanisme stok dan harga. Meski demikian, kami tetap mengontrol penjualan dan memastikan stoknya tersedia di pasar,” jelasnya.