Tren Baru! Sarung Batik Makin Diminati untuk Busana Ramadhan dan THR

BELANJA: Salah seorang pembeli sedang memilih sarung batik di Toko Ema yang berlokasi di sekitar Menara Kudus, baru-baru ini. (DYAH NURMAYA SARI/JOGLO JATENG)

MOMEN Ramadhan 2025, permintaan sarung batik di pasaran mengalami lonjakan signifikan. Fenomena ini tak hanya terjadi di kalangan konsumen yang ingin mengenakan sarung batik untuk kebutuhan pribadi. Tetapi juga dalam hal pemberian parcel tunjangan hari raya (THR) bagi para pekerja.

Wilmy Noor, pemilik Toko Ema di sekitar Menara Kudus, membicarakan tentang tren sarung batik yang tengah menggeliat. Ia menyebutkan dalam beberapa tahun terakhir, sarung batik menjadi pilihan utama bagi masyarakat. Baik untuk keperluan pribadi maupun dijadikan hadiah.

“Tren sarung batik baru berkembang sejak tahun lalu dan terus berlanjut sampai sekarang. Di pasar, kita bisa lihat merek-merek besar seperti Wadimor dan Atlas juga mulai mengeluarkan varian batik mereka. Ini menunjukkan batik semakin diterima di kalangan masyarakat, terutama di momen Ramadhan,” ujarnya, baru-baru ini.

Menurutnya, di Kota Kretek sendiri penggunaan sarung batik memang menjadi tradisi, seiring dengan pakaian adat yang dikenakan warga saat Idulfitri. Baju koko putih yang dipadukan sarung batik menjadi pilihan utama. Bahkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus juga mewajibkan penggunaan busana adat tersebut.

TUNJUKKAN: Wilmy Noor menunjukkan sejumlah sarung batik yang menjadi koleksi dan dijual di toko miliknya, belum lama ini. (DYAH NURMAYA SARI/JOGLO JATENG)

Toko Ema pun mengakui, hampir seluruh persiapannya ditujukan untuk memenuhi permintaan sarung batik. “Kami memang difokuskan pada sarung batik. Sejak tiga bulan sebelum Ramadhan, sudah mulai mempersiapkan stok. Meskipun ada kekhawatiran pembeli akan sepi, kenyataannya permintaan justru meningkat signifikan, apalagi saat memasuki Rajab,” ucapnya.

Ia menambahkan, sejak awal Ramadhan, Toko Ema sudah menerima tiga kali pengiriman pesanan sarung. Dengan hampir seratus persen pesanan yang telah masuk.

“Kalau dihitung, kami sudah menerima pesanan hingga 50 bal per merek. Yang paling diminati adalah Wadimor, Atlas, Mangga dan Ardan. Pasar kami memang banyak yang mencari sarung batik dengan motif yang lebih gelap, seperti warna cokelat kecokelatan hingga hitam,” jelasnya.

Sedangkan, batik khas Kudus dengan warna-warna yang lebih gelap, semakin menarik minat konsumen. Selain itu, pemasaran sarung batik juga menyasar kawasan se-Karisedenan Pati, serta para peziarah yang datang ke Menara Kudus.

Wilmy menyebutkan, meskipun pengunjung peziarah yang datang dari luar negeri terbilang sedikit, permintaan tetap ramai. Terutama dari sektor marbot masjid.

“Sebagian besar pesanan datang dari marbot masjid dan juga dari peziarah yang singgah ke Menara Kudus. Kami juga melayani kebutuhan sarung batik yang digunakan para pekerja masjid dan masyarakat sekitar. Di Ramadan seperti ini, meski sempat khawatir sepi, sekarang sudah mulai ramai,” imbuhnya.(uma/sam)