SEMARANG, Joglo Jateng– Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fadhilah, Dr. KH. Iman Fadhilah, M.Si, mengingatkan bahaya memiliki ilmu tanpa adanya proses tirakat dan riyadhah. Hal ini ia sampaikan dalam mauidzah hasanah pada peringatan Nuzulul Qur’an sekaligus penutupan Forum Kajian dan Alaman Ramadhan di Ponpes Durrotu Aswaja, Banaran, Gunungpati, Kota Semarang, Kamis (20/3/2025).
Menurutnya, fenomena media sosial saat ini menunjukkan banyak orang dengan latar belakang keilmuan berbeda sering berkomentar di luar bidangnya. “Jurusannya teknik mengomentari kesehatan, jurusannya kesehatan mengomentari ekonomi, dan sebagainya,” ungkapnya di hadapan ratusan santri yang merupakan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes).
KH. Iman Fadhilah menegaskan bahwa fenomena ini terjadi karena banyak orang tidak pernah belajar dengan cara yang benar sebagaimana seorang santri. Ia mengutip petuah Imam Ghazali yang menyebutkan, “Rajulun laa yadri, wa annahu laa yadri annahu laa yadri” (Seorang pemuda yang tidak tahu, namun tidak menyadari bahwa dirinya tidak memiliki ilmu).
Sebagai menantu dari almarhum KH. Syaikhun (khalifah tarekat Qadiriyah wan Naqsyabandiyah), ia juga menekankan pentingnya tirakat dalam menuntut ilmu. “Ilmu hanya dengan akal tidak akan masuk ke hati. Untuk itu, dibutuhkan riyadhah, mujahadah, dan tirakat,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia berpesan kepada para santri agar tidak menjadikan ilmu sebagai sekadar alat mencari pekerjaan. “Belajar jangan karena prospek kerja. Jika peluang kerjanya kecil, semangat belajar akan loyo. Padahal, Allah telah menjamin rezeki bagi setiap makhluk-Nya,” katanya, mengutip surat Hud dalam Al-Qur’an.
Sementara itu, pengasuh Ponpes Durrotu Aswaja, KH. Agus Ramadhan, menyampaikan bahwa peringatan Nuzulul Qur’an ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Ramadhan di pesantren. “Sore tadi kami mengadakan santunan anak yatim, dilanjutkan dengan pengajian Nuzulul Qur’an malam ini,” katanya.
Ia menambahkan bahwa selama bulan puasa, Ponpes Durrotu Aswaja tetap mempertahankan tradisi pesantren salaf dengan mengajarkan kitab kuning dan menyediakan waktu khusus bagi santri yang mengikuti program hafalan Al-Qur’an. (hms/rds)