Jepara  

Berkah Ramadhan! Perajin Lampion Jepara Kebanjiran Pesanan

KREATIF: Arif Rahman (55), perajin lampion dari Desa Purwogondo RT 03 RW 01, Kecamatan Kalinyamatan saat menunjukkan hasil lampion kreasi miliknya di kediamannya, Minggu (9/3). (LIA BAROKATUS SOLIKAH/JOGLO JATENG)

JEPARA, Joglo Jateng – Perajin lampion kreasi di Kabupaten Jepara turut ketiban berkah di Bulan Ramadhan. Arif Rahman (55), perajin lampion dari Desa Purwogondo RT 03 RW 01, Kecamatan Kalinyamatan, memperbanyak produksi kerajinan lampion karena menerima banyak permintaan.

Saat ditemui di kediamannya, Arif tampak telaten menyusun potongan kertas menjadi berbagai bentuk lampion. Sebelum disusun, kertas-kertas yang tersusun rapi di sudut rumahnya tersebut sudah di potong sesuai bentuk dari masing-masing lampion yang ia buat.

Untuk mencetak pola dari setiap bentuk lampion yang ia buat, potongan kertas tersebut tidak ia potong sendiri, tetapi ia bawa ke tukang pencetak kertas di Kota Kudus.

Selain bulan Ramadhan, pesanan lampion menurutnya mulai ramai ketika bulan Sya’ban atau Ruwah. Sebab di bulan tersebut banyak masyarakat Jepara yang mengadakan tradisi baratan.

Sedangkan, di bulan Ramadhan pesanan lampion banyak datang dari para pedagang di Kota Kudus. Lampion tersebut menurutnya banyak dijual pada saat mendekati hari raya Idulfitri sebagai persiapan pelaksanaan tradisi takbir keliling.

“Kalau Jepara biasanya ramai buat baratan di tanggal 15 Ruwah (Sya’ban), kalau puasa seperti ini yang mesen banyak dari Kabupaten Kudus untuk takbir keliling,” terangnya pada Joglo Jateng, Minggu (9/3).

KARYA: Lampion yang dibuat oleh Arif Rahman. (LIA BAROKATUS SOLIKAH/JOGLO JATENG)

Selama bulan Ramadhan, jumlah lampion yang ia buat bisa mencapai 500-600 buah. Pesanan tersebut untuk memenuhi permintaan dari para pedagang di Kabupaten Kudus. Satu pedagang biasanya memesan sekitar 100-150 buah lampion.

“Pedagang yang memesan di saya ada tiga, pesannya beda-beda. Ada yang 100, ada 150. Minggu pertama puasa kayak gini biasanya sudah mulai pada diambil,” katanya.

Terdapat lima bentuk lampion yang ia buat di antaranya masjid besar, masjid kecil, hello kitty, kapal, dan mobil. Menurutnya, bentuk-bentuk tersebut yang digemari anak-anak dan laris dijual.

Untuk lampion yang tidak dilengkapi lampu warna-warni, ia jual dengan harga Rp 7 ribu per buah. Sementara yang dilengkapi dengan lampu, dijual dengan harga Rp 13 ribu per buah. Bahan-bahannya menggunakan kertas, kertas gombyok, hologram, plastik kaca, lem, dan benang.

Ia mengaku, proses pembuatan terbilang susah-susah gampang. Namun, karena sudah menjadi kebiasaan, ia turut enjoy dalam menggeluti kerajinan lampion.

Ia juga sudah cukup lama menggeluti usaha lampion. Tidak hanya dirinya, istrinya juga menjadi pengrajin lampion namun yang berbentuk impes.

“Sudah lama, sudah lima tahun lebih bikin lampion. Dulu di sini banyak yang bikin, tapi sekarang sudah jarang, paling hanya yang sepuh-sepuh,” pungkasnya. (oka/gih)