KENDAL, Joglo Jateng – Bagi masyarakat Kabupaten Kendal, khususnya warga di wilayah Kaliwungu, tradisi Syawalan menjadi agenda rutin yang digelar setiap tahunnya usai merayakan lebaran Idul Fitri.
Tradisi yang juga disebut Bakdo Kupat menjadi ajang untuk menghormati jasa ulama dan mengenang KH. Asy’ari.
Tradisi ini sekaligus menjadi ajang silaturahmi antar keluarga, tetangga, dan masyarakat.
Awalnya, sejarah tradisi Syawalan di Kaliwungu hanya dilakukan oleh keluarga, para santri, dan keturunan KH. Asy’ari.
Namun, seiring waktu, tradisi ini diikuti oleh banyak masyarakat dari Kaliwungu dan sekitarnya.
Tradisi Syawalan mengalami perkembangan dalam pelaksanaan kegiatan, seperti penambahan pengajian, sama’an Al Qur’an, dan hataman.
Tahun ini, tradisi tahunan ini dikemas lebih menarik dan tertata. Ketua panitia Syawalan Fest Kaliwungu 1446 H, Badrul mengungkapkan syawalan ini merupakan tradisi turun temurun sebagai upaya pelestarian budaya dan tradisi di Kaliwungu.
“Syawalan Fest Kaliwungu tahun ini dikuti 85 pelaku UMKM lokal Kaliwungu dan Jawa Tengah. Syawalan ini berlangsung dari tanggal 3-16 April 2025, semoga tahun depan bisa lebih meriah,” terang Badrul di pembukaan Syawalan Fest Kaliwungu, Kamis 3 April 2025.
Selain UMKM, lanjutnya, puncak dari kegiatan ini adalah Haul Kyai Asyari atau Kyai Guru.
Di Syawalan Fest Kaliwungu juga banyak pertunjukan hiburan yang digelar di RTH Alun-Alun Kaliwungu.
Tokoh agama Kaliwungu yang juga pengasuh Ponpes Apik, KH Sholahudin Humaidillah menyebutkan, Kaliwungu ada keterkaitan dengan Kasunanan Solo. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya makam kuno.
“Tradisi syawalan memang budaya di Pantura termasuk di Kaliwungu. Dan Syawalan Kaliwungu bukan sekadar Haul Kyai Asy’ari atau kyai guru saja, tetapi budaya ziarah warga ke makam leluhur,” katanya.
Sementara Wakil Bupati Kendal Benny Karnadi yang hadir membuka syawalan festival Kaliwungu 1446 H mengatakan, Syawalan Kaliwungu adalah ziarah ke makam.
“Branding religi di Kaliwungu sangat kuat, karena ada ziarah makam dan harus dipertahankan. Untuk itulah tradisi harus dijaga dan branding religi harus dijaga pula,” ujanya.
Dikatakan Pemerintah Kabupaten Kendal sudah seharusnya mensupport kegiatan ini. Benny berpesan, jangan sampai tradisi-tradisi santri ini hilang, karena sekarang banyak hiburan dan miras di sekitar komplek makam.
Senada dengan wakil bupati, tokoh masyarakat yang juga mantan anggota DPR RI asli Kaliwungu, H Mujib Rohmat mengatakan, tradisi syawalan ini bisa dijadikan even rutin tahunan Pemerintah Kabupaten Kendal.
“Saya mendukung dan mendorong tradisi Syawalan di Kaliwungu ini menjadi kalender tahunan yang ditetapkan pemerintah daerah sehingga terus terjaga,”ungkapnya.(ags)