SEBANYAK 16 wartawan dan konten kreator mengikuti Journalism Fellowship on CSR 2025 (JFC 2025), yang akan berlangsung selama kurang lebih satu bulan. Kick off JFC telah dimulai pada Jumat (11/04/2025) lalu, di Rumah Belajar PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), Karawaci, Tangerang, Banten. Program ini merupakan CSR dari PT TBIG bekerja sama dengan Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP).
Hadir dalam Kick Off JFC 2025, Ketua Dewan Pers, Dr Ninik Rahayu sekaligus yang membuka acara, Direktur GWPP Nurcholis MA Basyari, Chief of Bussines Support Officer TBIG Lie Si An dan tamu undangan lain.
Kick off diselenggarakan secara hybrid. Sebanyak 10 peserta pelatihan hadir langsung di Rumah Belajar TBIG, sedangkan lainnya mengikuti secara daring.
“Kegiatan ini diikuti 15 orang, lalu ada tambahan 1 orang dari Papua. Sebelumnya (batch I-IV, Red.) peserta dari Papua belum pernah ikut, ini yang pertama kali. Saat ini kita telah menjangkau dari barat, yaitu Pulau Sumatra hingga timur Pulau Papua. Dari utara Pulau Sulawesi hingga selatan dari NTT,” tutur Direktur GWPP, Nurcholis Basyari dalam sambutannya.
Wartawan senior ini juga mengapresiasi PT TBIG yang memiliki konsen untuk meningkatkan kapasitas profesionalisme para jurnalis. Disebutkan, CSR PT TBUG memiliki 4 pilar, yakni kesehatan, pendidikan, lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Keempat pilar tersebut juga merupakan tolok ukur kemajuan suatu bangsa.
Selanjutnya, Ketua Dewan Pers, Dr Ninik Rahayu dalam sambutannya sebelum membuka acara mengatakan bahwa pendidikan adalah bahan hidup.
“Saya selalu ingat pesan orang tua saya, ‘Sekolah ben iso urip’ (sekolah agar bisa hidup, Red.). Sekolah atau belajar ini bisa di mana saja, sekolah formal dan non formal membuat kita hidup. Kegiatan ini adalah kolaborasi pegiat media yang berpikir betapa pentingnya pendidikan, dan perusahaan dengan CSR yang bukan hanya mementingkan aturan dalam UU serta wartawan yang punya concern untuk terus mengembangkan diri,” kata Ninik.
Lanjutnya, kolaborasi tiga komponen tersebut, akan membuat masyarakat mendapatkan info yang bermanfaat tidak mis, dis, apalagi melakukan mobilisasi informasi.
“Agar ekosistem pers menjadi sehat, kita berharap dari tulisan berkualitas yang menjadi daya tarik orang untuk meninggalkan fake news. Kita tidak perlu menggunakan buzzer, masyarakat sudah pandai menentukan mana informasi arus utama yang bisa dipercaya,” ungkapnya.