SDIT Al Islam Ajak Siswa Peduli Palestina

AKSI: Siswa SDIT Al Islam Kudus mengikuti aksi Peduli Palestina yang diadakan oleh sekolah, baru-baru ini. (HUMAS/JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng – Sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi yang tengah dialami oleh rakyat Palestina, SD IT Al Islam Kudus menggelar sebuah kegiatan tematik bertajuk solidaritas dan aksi nyata. Acara ini melibatkan seluruh siswa dari berbagai jenjang kelas.

Kepala SD IT Al Islam Kudus, Susi Utami menyampaikan, kegiatan ini bukan hanya menjadi agenda seremonial belaka. Namun diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai empati. Kepedulian sosial. Serta kesadaran global kepada para peserta didik sejak dini.

“Acara ini bertujuan, mengenalkan kepada siswa mengenai situasi aktual yang dihadapi Palestina. Sebuah negeri yang secara historis dan religius sangat penting dalam ajaran Islam. Tanah suci yang hingga kini masih mengalami penjajahan, dan belum meraih kemerdekaannya secara utuh,” jelasnya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, penting bagi generasi muda untuk memahami sejarah serta realita yang terjadi. Agar tumbuh rasa empati dan solidaritas yang kuat dalam diri mereka.

“Salah satu fokus utama kegiatan ini adalah, kampanye boikot terhadap produk-produk yang dinilai mendukung rezim zionis Israel. Mereka diberi pemahaman secara sederhana namun bermakna. Mengenai bagaimana sebuah produk bisa berkaitan dengan konflik kemanusiaan,” ungkapnya.

Melalui pendekatan edukatif, mereka diajak mengenali produk-produk yang dikategorikan pro-Israel. Serta diberi alternatif, agar ke depannya bisa memilih produk lain yang lebih netral. Sebagai bentuk kontribusi nyata dalam perjuangan kemanusiaan.

“Bentuk aksi yang dilakukan dalam kegiatan ini, meliputi doa bersama untuk keselamatan dan kemerdekaan rakyat Palestina. Penggalangan donasi sukarela. Serta penggunaan atribut simbolik. Seperti iket atau syal khas Palestina,” ujarnya.

Sementara itu, koordinator lapangan, Budi Harnoto menyampaikan, sebanyak 758 siswa terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Mereka tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Tetapi juga berpartisipasi dalam gerakan simbolik, yang dilaksanakan dengan tertib dan penuh semangat.

“Kami berharap, kegiatan semacam ini tidak berhenti hanya pada momentum tertentu saja. Melainkan menjadi awal dari pembentukan karakter siswa, yang memiliki kepekaan sosial dan sikap aktif terhadap isu-isu global,” ucapnya.

Salah satu harapan besar dari kegiatan ini adalah, tumbuhnya kesadaran kolektif di lingkungan sekolah. Baik siswa, guru, maupun orang tua. Mengenai pentingnya mengambil sikap terhadap ketidakadilan yang terjadi di belahan dunia lain.

“Di tengah keterbatasan, para siswa kami diajak untuk memahami. Menjadi bagian dari perubahan dunia tidak harus selalu lewat tindakan besar. Namun bisa dimulai dari hal-hal kecil yang penuh makna. Seperti berdoa, berbagi, dan bijak dalam memilih,” tutupnya. (cr9/fat)