PURWOREJO, Joglo Jateng – Selama ini, pengertian CSR (Corporate Social Responsibility) atau dalam Bahasa Indonesia disebut TJLS (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan), masih sekedar dimaknai sebagai charity, kebaikan perusahaan. Wartawan senior dan akademisi, Eduard Depari, dalam materi yang disampaikan pada pelatihan Fellowship Jurnalism on CSR menekankan bedanya CSR dan CR (Community Relations).
Ciri CSR adalah sustain atau berkelanjutan, beyond community, bahkan beyond state, tidak hanya dilakukan di sekitar lokasi perusahaan, tapi lintas komunitas serta bisa juga lintas negara. CSR masih sering diartikan sebagai social marketing, bagaimana perusahaan membranding dirinya dengan kegiatan CSR.
Dalam paparannya, Eduard memberikan contoh CSR adalah, apa yang dilakukan oleh Bill Gates. Dengan foundation atau yayasannya, Bill Gates memberikan bea siswa tak hanya bagi warga Amerika, tapi lintas negara.

“CSR dan CR, social marketing, sering disalahartikan. Contohnya, pada saat kelangkaan minyak goreng, sebuah perusahaan minyak goreng di Tangerang melakukan operasi pasar, menjual dengan harga murah. Lalu mereka mengklaim itu sebagai bentuk CSR. Itu bukan CSR, karena hanya dijalankan di komunitasnya, Tangerang,” jelas Eduard dalam paparannya secara daring, Rabu (30/04/2025).
Kegiatan seperti operasi pasar minyak goreng tersebut, menurut Eduard Depari adalah bentuk charity atau filantropis, pemberian sumbangan dan tidak sustain (berlanjut). “CSR itu tindakan (perusahaan) yang didasarkan pada pertimbangan moral, tidak bisa diwajibkan. Social (rencana), harus menjadi bagian integral rencana bisnis sebuah perusahaan,” katanya.