SEMARANG, Joglo Jateng – Ketua Boen Hian Tong, Harjanto Halim, menyampaikan apresiasinya terhadap situasi keberagaman umat beragama di kota ini. Ia menilai bahwa kondisi toleransi antarumat beragama di Semarang saat ini cukup baik. Namun, dirinya mengingatkan bahwa yang terpenting bukan hanya simbol perayaan, melainkan bagaimana kerukunan itu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Perayaan seperti Ogoh-ogoh, Dugderan, atau Pasar Imlek Semawis itu hanya simbolis, hanya sesaat. Yang lebih penting adalah interaksi keseharian. Nah kalau kita lihat di Pasar Gang Baru, misalnya, interaksi antar warga sudah sangat bagus dan itu yang perlu dijaga,” ujarnya pada Joglo Jateng, Kamis (1/5/25).
Menurut Harjanto, Pemerintah Kota Semarang selama ini telah menunjukkan perhatian dan dukungan yang nyata terhadap keberagaman. Antara lain dengan memberikan izin berbagai kegiatan keagamaan lintas komunitas.
Ia menekankan pentingnya membentuk lebih banyak “simpul-simpul” keberagaman yang bersifat berkelanjutan. Seperti komunitas lintas iman, kegiatan budaya bersama, atau ruang-ruang interaksi antaretnis.
“Kita butuh simpul-simpul baru, bukan hanya festival der sekali der. Misalnya, camp Pondok Damai yang diikuti anak-anak muda lintas agama itu bagus sekali. Kalau bisa diperbanyak dan dijaga konsistensinya,” tambahnya.
Harjanto juga menyoroti pentingnya warga Tionghoa untuk terus aktif berkontribusi tanpa harus menghilangkan identitasnya. Ia mencontohkan keterbukaannya terhadap budaya lain tanpa harus mengubah keyakinan sebagai bentuk toleransi yang tulus.
“Tionghoa jangan takut bergaul dengan komunitas lain. Tidak harus mengubah identitas. Saya senang nyanyi lagu Ya Lal Wathon bukan karena ingin terlihat keren, tetapi karena saya memang suka. Seperti itu seharusnya toleransi berjalan,” tuturnya. (luk/adf)