May Day Semarang Ricuh, Abjat Sebut Massa Bukan Elemen Buruh!

Konferensi Pers Aliansi Buruh Jawa Tengah (Abjat) Presidium Kota Semarang di Kantornya. Jumat (2/5).

SEMARANG, Joglo Jateng – Peringatan Hari Buruh Internasional (May Day) di Kota Semarang diwarnai kericuhan.

Namun, Aliansi Buruh Jawa Tengah (Abjat) Presidium Kota Semarang menyatakan bahwa kericuhan tersebut bukan disebabkan oleh buruh yang melakukan aksi demonstrasi, melainkan oleh kelompok lain yang tidak terkait dengan buruh.

“Kami dari Abjat ingin menyampaikan klarifikasi terkait informasi atau pemberitaan yang kurang tepat tentang peringatan May Day di Jawa Tengah,” kata Ketua Abjat, Aulia Hakim, saat ditemui di kantornya, Jumat (2/5).

Menurut Aulia, aksi demonstrasi buruh pada May Day berjalan damai dan kondusif. Hingga akhirnya datang massa aksi yang mengatasnamakan diri sebagai Anarko dan ikut bergabung dalam unjuk rasa.

“Kami melakukan aksi sejak pukul 12.00 di beberapa titik kumpul, dan semuanya berjalan tertib. Justru kawan-kawan dari Anarko yang memancing kericuhan itu, bukan dari kami,” katanya.

Sementara itu, koordinator lapangan (korlap) May Day dari Abjat, Lukman Nur Hakim, mengklaim bahwa aksi May Day berjalan kondusif.

Sebagai penanggung jawab aksi, Lukman memastikan bahwa kericuhan disebabkan oleh kelompok Anarko, yang bukan bagian dari buruh.

“Aksi peringatan May Day kami yang tergabung dalam Abjat berjalan dengan kondusif. Kawan-kawan federasi menyampaikan orasi dengan tertib, tidak ada satu pun tindakan provokasi dan itu tidak kami benarkan,” tegas Lukman.

Abjat juga mengaku bahwa kericuhan yang dilakukan oleh massa aksi yang tidak bertanggung jawab sangat mencederai makna May Day. Sebab, May Day merupakan momen sakral bagi buruh untuk menyampaikan aspirasi demi kesejahteraan mereka.

“Tentu ini sangat merugikan bagi kami. Mereka (Anarko) mencederai May Day kami,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Lukman juga membantah tuduhan bahwa aksi May Day dibayar.

Ia berharap masyarakat dapat memahami situasi yang sebenarnya terjadi saat peringatan May Day di Semarang.

“Aksi ini setiap tahun kami lakukan. Hari Buruh, aksi 1 Mei, bukan karena bayaran. Selama ini kami turun karena tahu apa yang diperjuangkan. Kami berharap masyarakat dapat memahami bahwa kami tidak terlibat dalam kericuhan tersebut,” tandasnya. (luk).

Editor: Dzikrina Abdillah.