SEMARANG, Joglo Jateng – Kota Semarang sejak dulu ketika menggelar event atau tradisi tahunan dipadukan dengan konsep akulturasi budaya lima agama dalam Calender of Event (CoE) Semarang. Hal tersebut karena Kota Semarang lahir dari keanekaragaman budaya dan agama.
Kepala Bidang Industri Pariwisata Disbudpar Kota Semarang, Yudha Bhakti Diliawan menyebut, agama tersebut terdiri dari, Islam, Kristen, Katolik, Konghucu, Hindu, dan Budha. Kota Semarang juga memiliki beraneka ragam suku atau etnis yang tinggal di Kota Lumpia ini, antara lain, Jawa, Tionghoa, Arab, dan India.
“Memang Kota Semarang itu lahir dari keanekaragamanan, dari campuran budaya, akulturasi dari Jawa, Tionghoa, Melayu, dan Arab. Hal itu sudah menjadi salah satu produk kolonial yang ternyata juga bisa dijadikan produk warisan budaya yang biasanya kita buatkan event yaitu Warak Endog saat bulan Ramadan,” ucapnya saat dikonfirmasi Joglo Jateng, Rabu (30/4).
Di masa pemerintahan Agustina Wilujeng Pramestuti, pihaknya mengaku akan ada berbagai upaya yang dilakukan untuk mengembangkan konsep event dan tradisi budaya dan agama. Namun, hal itu masih dalam pembahasan secara internal.
“Dari Bu Wali (Agustina), Pak Wakil Walikota (Iswar), dan Pak Wing (Kepala Disbudpar) itu menginginkan supaya event itu lebih ramai, dimana kalau ada satu momen nanti di festival misalnya Pawai Ogoh-ogoh itu juga ada pawai Cina. Jadi nanti walaupun di ada misalkan di Klenteng Sam Po Kong ada pawai Chengho” jelasnya.
Kemudian, ia melanjutkan, ada juga tradisi umat Islam dengan berziarah ke makam tokoh atau pemuka agama terkenal di Kota Semarang.
Meskipun Kota Semarang memiliki perpaduan akulturasi budaya melalui event maupun tradisi tahunan, kata Yudha, namun masyarakat Kota Semarang masih tetap menerima perbedaan itu. Bahkan, mereka justru menerima dengan antusias, sekaligus turut memeriahkan event itu tanpa memandang darimana tradisi itu berasal.
“Selama ini masyarakat tidak ada kerusuhan (setiap event besar maupun kecil), itu tinggal kita pelihara saja dengan memberikan suatu kegiatan yang kita sudah dilaksanakan di kelurahan maupun kecamatan, seperti kegiatan wayang,” ungkapnya.