KUDUS – Plt Bupati Kudus HM Hartopo menghadiri gelaran Pencak Dor di Lapangan Merdeka Minggu (5/1). Dalam kesempatan itu, HM Hartopo meminta agar generasi muda melestarikan tradisi dan budaya yang baik.
Plt. Bupati Kudus HM Hartopo mengatakan, senang semangat anak muda untuk melestarikan budaya. Pihaknya menyatakan anak muda juga harus belajar tentang sikap sportif baik itu dalam olahraga maupun dalam kehidupan sehari-hari.
“Latihan sportif, ya. Baik itu dalam kegiatan olahraga maupun kehidupan sehari-hari. Jika sportif, maka semuanya akan terasa nyaman dan tanpa beban,” katanya.
HM Hartopo juga mengingatkan agar para pendekar atau peserta yang mengikuti kegiatan Pencak Dor tak arogan. Meskipun memiliki ilmu bela diri dan telah mengikuti kejuaraan, sikap rendah hati dan saling mendukung antar sesama harus diutamakan.
“Jangan sampai sudah mahir terus menindas lainnya. Ini kita hindari, ciptakan iklim persaudaraan,” pungkasnya.
Pencak Dor, mungkin nama yang bagi sebagian besar masyarakat Kudus. Meskipun tergolong seni tradisi dan olahraga bela diri, Pencak Dor atau yang sering disebut Tarung Bebas sering dipentaskan di Kudus.
Oleh karena itu, organisasi pencak silat Nahdlatul Ulama yaitu Pagar Nusa Kudus ingin mengenalkan lebih jauh sekaligus melestarikan seni tradisi khas Nahdlatul Ulama. Untuk melestarikan Pencak Dor, Pagar Nusa Kudus menggelar Pentas Seni dalam kerangka HUT ke-37 Pencak Silat NU Pagar Nusa di Lapangan Merdeka, Minggu (5/1) pagi.
Ketua Penyelenggara Pentas Seni, Joni Prabowo berujar kegiatan ini pertama kali digelar di Kudus. Namun demikian, animo peserta tidak kalah dibandingkan dengan kegiatan Terkait di daerah lain. Ia menyebut, peserta datang dari berbagai wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Alhamdulillah, meski ini yang perdana di Kudus, namun pendekar yang meramaikan acara datang dari daerah,” katanya.
Sementara itu, Ketua PCNU Kudus, Asyrofi Masyitoh mengatakan, Pencak Dor dianggap menjadi solusi yang adil untuk menyelesaikan perselisihan tanpa mencederai rasa persaudaraan antar pendekar.
Usai bertanding, meski antar pendekar terkadang masih meluap emosinya, panitia langsung mendamaikan. Dapat dikatakan, di atas ring pendekar dapat bertarung sekeras mungkin. Namun, persaudaraan kembali dipupuk setelah semuanya usai.
“Di atas ring silakan bertarung sekencang mungkin, tapi di bawah ring ya kembali bersaudara. Biasanya kan anak muda rebutan cewek, mauppersoalan lain, karena kita memiliki tradisi ini ya diselesaikan di pencak dor, ini,” ujarnya.
Ia menambahkan, tradisi senior Pencak Dor berakar dari Jawa Timur, dikeluarkan dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Sang inisiator adalah KH. Mahrus. KH. Mahrus mencetuskan Pencak Dor pada tahun 1942. Baginya, Pencak Dor merupakan pencak murni dan mengedepankan gerakan senior serta menjadi ajang silaturahmi antar pendekar.
“Jadi inisiatornya adalah KH. Mahrus dari Ponpes Lirboyo. Dulu, memang seni tradisi ini sudah terkenal di Jawa Timur,” imbuhnya. (lut)