Semarang – Tugu Muda merupakan monumen bersejarah di Semarang, Jawa Tengah. Didirikan untuk mengenang peristiwa Pertempuran Lima hari di Semarang. Pembangunannya dilakukan secara bertahap karena kondisi di masa lalu. Landmark Kota Semarang ini berada di tengah bundaran persimpangan jalan-jalan besar. Yaitu Jalan Pemuda, Jalan Pandanaran, Jalan Imam Bonjol dan Jalan MGR Soegijapranata atau Jalan Siliwangi).
Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, peletakan batu pertama dilakukan tanggal 28 Oktober 1945, oleh Gubernur Jateng waktu itu Mr. Wongsonegoro. Lokasi awal pembangunan berada di dekat Alun-alun. Namun karena sebulan kemudian pecah perang melawan Jepang dan sekutu, proyek ini terbengkalai.
Kemudian tahun 1949, Badan Koordinasi Pemuda Indonesia (BKPI) memprakarsai ide pembangunan tugu kembali. Namun kembali gagal lantaran kesulitan dana. Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1951, Wali kota Semarang Hadi Soebeno Sosro Wedoyo membentuk Panitia Tugu Muda, dengan rencana pembangunan Tugu Muda di lokasi seperti saat ini.
Tugu Muda diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 20 Mei 1953, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Desain tugu dikerjakan oleh Salim, sedangkan relief oleh seniman Hendro.
Tugu Muda yang berbentuk seperti lilin bermakna semangat juang yang tidak pernah padam untuk mempertahankan kemerdekaan. Bentuk Tugu Muda merupakan tugu yang berpenampang segi lima. Terdiri dari tiga bagian yaitu landasan, badan dan kepala. Pasa sisi landasan tugu terdapat relief. Keseluruhan tugu dibuat dari batu.
Terdapat duplikasi lima senjata bambu runcing yang tegak berdiri berjajar. Ini menggambarkan Pertempuran lima hari di Semarang dengan bersenjatakan bambu runcing.
Sementara pada bagian dasar tugu terdapat relief dengan lima sangga pilar, yang kecuali dipergunakan untuk menggambarkan berbagai macam relief, juga dimaksudkan sebagai lambang Pancasila. Di setiap sangga terdapat lima relief.
Pertama Relief Hongerodeem, menggambarkan kehidupan rakyat yang sangat tertindas dan menderita pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang.
kedua Relief Pertempuran, menggambarkan besarnya gelora semangat serta keberanian para pemuda Semarang dalam mempertahankan kemerdekaan. Ketiga Relief Penyerangan, melambangkan perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan. Keempat Relief Korban, menggambarakan dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang, banyak rakyat yang menjadi korban.
Kemudian terakhir Relief Kemenangan, menggambarkan hasil jerih payah dan pengorbanan para pejuang yang membasahi tanah Semarang.