Bahaya di Balik Gurihnya Gorengan

Kentang goreng
Ilustrasi gambar gorengan

LINGKARJATENG.COM – Kudapan gorengan banyak diminati orang. Selain harganya murah, citra rasa gurih dan renyah juga membuat banyak orang doyan. Namun tahukah Anda, bahwa gorengan juga bisa menjadi ancaman bagi kesehatan tubuh.

Ada banyak alasan yang membuatnya menjadi berbahaya. Apa saja itu? Berikut penjelasan selengkapnya.

Selamat Idulfitri 2024

1. Terlalu Banyak Kalori

Dibandingkan dengan makanan yang di olah dengan cara direbus atau dipanggang, makanan yang diolah dengan cara digoreng memiliki kandungan kalori yang paling tinggi. Hal ini disebabkan karena makanan yang digoreng paling tidak akan menyerap minyak sebanyak 1sdm atau sekitar 100 kalori, sehingga akan melipat gandakan kandungan kalori dalam makanan tersebut yang sebenarnya sudah cukup tinggi.

Misalnya saja ketika kita mengonsumsi tahu goreng. Tahu yang belum digoreng saja sudah mengandung sekitar 75 kalori. Maka ketika digoreng, kalorinya dapat melonjak hingga 175 kalori. Ditambah lagi jika tahu tersebut dilapisi dengan adonan tepung. Bisa dibayangkan sudah berapa banyak kalori yang masuk ke tubuh kita hanya dengan mengonsumsi 1 tahu goreng saja.

Baca juga:  Yoga Bantu Dorong Metabolisme saat Berpuasa

Padahal asupan rata-rata kalori harian orang dewasa dibatasi sebesar 2.500 kalori untuk pria, sedangkan untuk wanita sebesar 2.000 kalori. Jadi perhatikan benar asupan kalori harian yang dibutuhkan tubuh. Jangan sampai berlebihan, karena dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan.

2. Tinggi Lemak Trans

Bahaya makan gorengan selanjutnya disebabkan karena tingginya kandungan lemak trans di dalamnya. Lemak trans terbentuk saat lemak tak jenuh mengalami proses yang disebut dengan hidrogenasi, yakni dengan menambahkan hidrogen ke dalamnya. Tujuannya untuk meningkatkan stabilitas oksidatif agar tak mudah mengalami proses oksidasi sehingga dapat memperpanjang masa simpan.

Baca juga:  Yoga Bantu Dorong Metabolisme saat Berpuasa

Namun proses hidrogenasi juga dapat terjadi ketika minyak dipanaskan pada suhu yang amat tinggi, di atas 180°c. Proses inilah yang kemudian mengubah ikatan rangkap minyak tersebut dari bentuk cis menjadi bentuk trans sehingga akan sulit bagi tubuh untuk memecahnya.

Parahnya lagi, kadar lemak trans ini akan berlipat ganda apabila minyak yang digunakan untuk menggoreng terus-menerus dipakai berulang kali bahkan hingga menghitam. Seperti kebanyakan yang kita lihat pada pedagang makanan di pinggir jalan. Padahal konsumsi harian lemak trans 1-3% saja sudah dapat memicu timbulnya serangan jantung pada orang dewasa.

3. Meningkatkan Risiko Penyakit

Berdasarkan dari beberapa penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, ditemukan adanya keterkaitan antara mengonsumsi makanan yang digoreng dengan obesitas dan meningkatknya risiko timbulnya penyakit kronis, terutama diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Baca juga:  Yoga Bantu Dorong Metabolisme saat Berpuasa

Adakah Solusi Menghindari Bahaya Makan Gorengan? 

Solusi terbaik tentunya dengan menghindari makanan yang diolah dengan cara digoreng. Namun, rasa-rasanya sulit bukan bagi kita untuk menghindarinya. Siapa yang dapat menahan godaan dari nikmatnya hidangan yang digoreng lantas kemudian disajikan di depan mata.

Untuk itu, agar kita masih dapat menikmati gorengan dan semua olahan makanan yang digoreng, hal pertama yang harus dilakukan yakni dengan membatasinya. Sebaiknya makanan yang digoreng cukup dinikmati seminggu sekali saja. Jangan terlampau sering.

Selanjutnya, usahakan untuk menahan diri dari membeli makanan di luar terutama di pinggir jalan yang kerap menggunakan minyak berulang-ulang kali hingga menghitam tanpa proses penggantian. Alangkah baiknya bila makanan yang hendak kita nikmati diolah sendiri, sehingga terjamin kebersihan dan keamanannya.

Sumber: honestdocs