Jepara  

Kasus Warga Meninggal di Parkiran RS, Tuding RSUD RA. Kartini Sebarkan Hoaks

EVALUASI: Direktur RSUD RA Kartini Jepara Dwi Susilowati didampingi Ketua Komisi C DPRD Jepara Nur Hidayat saat menggelar jumpa pers Rabu (18/3).(DOK LINGKAR JATENG)

JEPARA– Perangkat Desa Mambak, Kecamatan Pakisaji Abdul Rosyid menuding RSUD RA. Kartini menyebarkan berita bohong atau hoaks. Terkait dengan kronologi meninggalnya Mbah Lukitah,70, warga RT 1 RW 1 Desa Mambak di tempat parkir rumah sakit plat merah tersebut.

Abdul Rosyid merupakan perangkat desa yang mendampingi Mbah Lukitah dan keluarganya mulai dari proses periksa di Pakisaji hingga dirujuk ke RSUD RA. Kartini.

Menurut Rosyid, selain menyesatkan, hoaks tersebut disinyalir sengaja dibuat untuk menutupi semrawutnya kualitas layanan kesehatan RSUD Kartini.

Menurut Abdul Rosyid, kronologi peristiwa meninggalnya Mbah Lukitah yang dibuat pihak RSUD Kartini berbeda dengan kondisi di lapangan yang dialami dan disaksikannya langsung. Terlebih terkait pernyataan Direktur RSUD Kartini Dwi Susilowati yang menyebut jika Mbah Lukitah datang ke rumah sakit pelat merah tersebut tanpa surat rujukan dari Puskesmas Pakisaji. Sebab faktanya surat rujukan tersebut benar-benar ada dan bahkan juga dibawa ke RSUD.

“Jadi tidak benar yang disampaikan bu direktur itu. Ini bukti suratnya. Saat itu surat rujukan juga sudah diserahkan kepada petugas rumah sakit bersama dokumen lainnya. Entah dibaca petugas atau tidak namun yang pasti setelah itu berbagai dokumen tersebut diserahkan lagi kepada keluarga,” kata Abdul Rosyid kemarin.

Diberitakan sebelumnya, Mbah Lukitah meninggal di tempat parkir RSUD Kartini. Diduga lansia ini meninggal dunia karena terlambat mendapat layanan kesehatan dari rumah sakit pelat merah tersebut.

Namun pihak RSUD berdalih saat kejadian kondisi UGD sudah kelebihan pasien yang juga sama daruratnya. Mbah Lukitah juga tidak membawa surat rujukan dari faskes tingkat pertama sehingga pihak rumah sakit juga tidak bisa mendeteksi seberapa gawat kondisi lansia tersebut.

Abdul Rosyid menduga kronologi berbeda yang dibuat pihak RSUD Kartini hanya untuk menutupi semrawutnya layanan kesehatan di rumah sakit pelat merah tersebut. Sebab kondisi yang dialaminya secara langsung memang menunjukkan indikasi tersebut.

“Sekitar 2 jam lebih saya mendampingi Mbah Lukitah dan keluarganya di tempat parkir RSUD. Ibaratnya pihak keluarga sampai meminta petugas RSUD untuk segera melakukan tindakan karena kondisi Mbah Lukitah yang kian kritis tetap tidak ada respon signifikan dari mereka. Tiba-tiba mereka bilang sudah woro-woro mau melakukan pemeriksaan tapi Mbah Lukitah dan keluarganya tidak mendengar. Ini jelas tidak sesuai dengan kondisi lapangan,” sesalnya.

Agar polemik ini tidak berkepanjangan, Abdul Rosyid mendesak pihak RSUD Kartini mau membuka rekaman CCTV yang ada di kawasan UGD maupun tempat parkir mereka. Sehingga bisa jelas siapa yang sebenarnya berbohong dalam persoalan ini.

“Saya juga siap dikonfrontir dengan siapa saja dan dimana saja. Saya siap mempertanggungjawabkan pernyataan ini,” tandasnya.

Di media sosial beredar video tentang pernyataan keluarga Mbah Lukitah yang menyatakan menerimakan peristiwa ini. Salah seorang yang memberikan pernyataan adalah anak Mbah Lukitah yang bernama Sasmono.
Menurut Abdul Rosyid, Sasmono tidak ikut saat peristiwa meninggalnya Mbah Lukitah. Sehingga ia tidak mengetahui kronologi peristiwa tersebut.

Tak hanya itu, pernyataan tersebut dibuat di rumah keluarga Sasmono yang ada di Desa Kedungcino, Kecamatan Jepara. Bukan di rumah yang selama ini ditempati Mbah Lukitah di Desa Mambak Kecamatan Pakisaji.

“Pihak keluarga Mbah Lukitah yang ada di Desa Mambak sebenarnya tidak terima dengan video yang beredar itu. Apalagi saat itu juga pihak rumah sakit memberikan uang sebesar Rp 4 juta. Sasmono itu tidak bisa baca tulis jadi saya juga tidak mengetahui apakah dia sadar dan faham dengan tindakannya,” tandas Abdul Rosyid.(lut/one)