Pengusaha Hotel di Solo Rugi Hingga Rp 5 M Tiap Bulan

MERUGI: Deretan bangunan kamar hotel di sebuah hotel berbintang di Kota Solo yang terlihat sepi. (PUJOKO/LINGKAR JATENG)

SOLO- Status Kejadian Luar Biasa (KLB) korona yang dirilis Pemkot Surakarta pada Jumat (13/3) menjadi bisnis perhotelan di Kota Solo mengalami kerugian luar biasa. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Surakarta mencatat, kerugian mencapai Rp 800 juta sampai Rp 5 miliar tiap bulan.

Humas PHRI Solo, Sistho A Srestho menjelaskan besaran kerugian yang dialami pelaku bisnis hotel di Kota Solo tergantung level hotel. Semakin tinggi level hotel yang dimiliki, kerugian yang dialami juga makin besar.

“Hingga saat ini ada 10 hotel berbintang menutup operasionalisasi. Pada akhir Mei nanti akan ada perkembangan mengenai adanya penutupan operasionalisasi hotel di Solo,” katanya kemarin.

Baca juga:  Ahmad Luthfi Semangati Anak Disabilitas di YPAC Solo

Sedang hotel yang masih bertahan melakukan inovasi berupa paket long stay yang diharapkan mampu mendongkrak pendapatan dari penjualan kamar. Inovasi lain adalah dari sisi food and beverage dimana pihak hotel membuat paket makan dan minum seperti layanan pesan antar, buka puasa,dll. Namun demikian inovasi tersebut belum memberi dampak signifikan.

“Selama ini tamu hotel di Kota Solo sangat bergantung pada tamu yang datang langsung  serta pemesanan tamu melalui travel agent,’’ ungkap Sistho.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Surakarta, Hasta Gunawan mengatakan sudah ribuan karyawan hotel dan restoran yang dirumahkan. Paling banyak berasal dari luar Kota Solo.

Baca juga:  Ahmad Luthfi Semangati Anak Disabilitas di YPAC Solo

‘’Ribuan yang dirumahkan. Yang warga solo ratusan. Jumlahnya sekitar 20 persen dari kota Solo, 80 persen dari luar solo,’’ ungkap Hasta beberapa waktu lalu. (cr5/lut)