Info  

Kecerdasan Buatan untuk Berantas Demam Berdarah

Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk Aedes Aegypti

LINGKARJATENG.COM – Sekira 40 persen dari total populasi manusia di dunia hidup dalam komunitas yang memiliki risiko terhadap demam berdarah dan virus yang berpotensi mematikan lainnya seperti zika, demam kuning, dan chikungunya. Kebanyakan dari mereka berjuang melawan kemiskinan dan kepadatan penduduk, dan tragisnya mereka yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit ini sering kali berusia sangat muda.

Pemberantasan demam berdarah bisa dilakukan dengan membatasi perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti. Salah satunya dengan bakteri yang disebut Wolbachia. Bakteri ini membatasi replikasi demam berdarah dan virus lainnya di dalam tubuh nyamuk.

Dikutip dari microsoft.com, menggunakan teknik yang dikembangkan oleh ilmuwan dari Monash University di Australia, World Mosquito Program membiakkan nyamuk-nyamuk dengan sel yang diinfeksi wolbachia dan melepaskannya ke lingkungan untuk kawin dengan nyamuk lokal. Perkawinan silang ini menyebarkan wolbachia ke seluruh populasi nyamuk dan menetralkan kemampuan nyamuk untuk membawa penyakit.

Melalui penelitian bertahun-tahun, beberapa percobaan yang gagal serta berbagai kampanye grass root padat karya, telah menciptakan hasil yang memuaskan di komunitas yang ditargetkan.

World Mosquito Program – sebuah konsorsium penelitian nirlaba global yang berkantor pusat di Vietnam – berencana meningkatkan ambisi dan ruang lingkupnya secara dramatis. Program ini dianugerahi hibah Microsoft AI for Earth untuk membuat Wolbachia sebagai penghilang penyakit deman berdarah pada tingkat global.

Dengan bantuan data, machine learning, kecerdasan buatan (artificial intelligence – AI), dan kekuatan cloud computing, mikroorganisme yang sederhana ini dapat menjadi pahlawan kesehatan bagi masyarakat internasional.

Kunci keberhasilan adalah menentukan titik rilis terbaik bagi nyamuk termodifikasi ini agar dapat memaksimalkan dampaknya, menurut Ben Green, Senior Manager Project Delivery di World Mosquito Program, yang berupaya mencapai tujuan untuk melindungi 100 juta orang di 12 negara.

Para peneliti kini sedang mengumpulkan data terperinci dalam jumlah besar untuk menciptakan model deep learning yang akan menentukan titik rilis terbaik di mana pun di dunia.

Lucas Joppa, Chief Environmental Officer Microsoft, mengatakan Kecerdasan Buatan (atau AI) dapat membantu organisasi nirlaba. Dalam kasus ini, model program AI memiliki potensi untuk mempercepat pekerjaan serta meminimalisir tugas melelahkan dan memakan waktu berlebihan dalam menganalisis data yang selama ini membebani peneliti.

“Peneliti tidak lagi diatur oleh kecepatan dan skala bagaimana mereka melakukan analisis data yang ada. AI memungkinkan peneliti untuk bekerja pada tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi,” kata Joppa.

Wolbachia adalah tipe bakteri yang secara alami hidup di sekitar 60 persen spesies serangga – tetapi tidak pada Aedes aegypti, nyamuk yang gigitannya dapat menginfeksi manusia.

Saat para ilmwuan memperkenalkan Wolbachia ke dalam sel-sel dari seekor aedes aegypti, kemampuan penyebaran virus dari nyamuk ini menurun drastis. Selain itu, Wolbachia juga menghancurkan kehidupan percintaan nyamuk.

Ketika nyamuk jantan dengan Wolbachia dikawinkan dengan betina yang tidak memiliki bakteri tersebut, telur yang dikeluarkan tidak akan menetas. Sedangkan ketika betina yang memiliki Wolbachia dikawinkan dengan jantan yang tidak memiliki bakteri tersebut, telurnya akan memproduksi keturunan dengan Wolbachia. Saat keduanya memiliki Wolbachia, maka, seluruh keturunan mereka akan memilikinya.

Dalam beberapa generasi, jumlah nyamuk dengan Wolbachia akan bertambah terus hingga semua nyamuk memiiki bakteri tersebut. Hasilnya manusia akan tetap berhadapan dengan nyamuk, tapi akan terbebas dari penyakit-penyakit tersebut.