Kudus  

Sampah Organik Dijadikan Mekanisme Magot

Suparmin, Kepala Bidang PPRTH
MAGOT : Suparmin, Kepala Bidang PPRTH menunjukkan mekanisme budidaya lalat BSF atau magot. (SYAMSUL HADI/ JOGLO JATENG)

KUDUS – Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hijau (PKPLH) Kudus, mengelola sampah organik jenis buah-buahan yang membusuk, untuk dijadikan sebagai bahan budidaya lalat BSF atau magot. Hal itu sudah dilakukan di beberapa TPS di Kudus, salah satunya di Getas Pejaten.

Suparmin, Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Ruang Terbuka Hijau (PPRTH) mengatakan, upaya tersebut dilakukan, guna mengurangi sampah yang akan terbuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bisa berkurang. “Kita berupaya untuk mengurangi sampah yang akan dibawa truk menuju TPA, agar tidak overload,” ucapnya.

Baca juga:  Terpilih Kembali, Superiyanto Fokus Kelangkaan Pupuk

Berasal dari buah-buahan yang sudah membusuk lalu ditaruh di ember tertutup, sebagai langkah awal mekanisme magot tersebut. Nantinya buah busuk diendapkan menghasilkan cairan, dan bisa dijadikan sebagai pupuk tanaman maupun taman di Kota Kudus.

“Ampas dari buah-buahan yang sudah tidak ada cairan, dijadikan kompos tanaman. Endapan dari buah busuk tersebut, akan dihinggapi lalat dan akan bertelur disitu. Dan setelah bertelur, nanti kita ambil dan pelihara. Lalu kita manfaatkan lagi,” jelasnya.

Sehabis bertelur dan diambil selama empat hari akan menjadi larva. Dalam waktu 15 sampai 30 hari lanjut dari larva jadi prepura. Prepura ke pupa membutuhkan jangka waktu tujuh hari. Langkah terakhir, 10 hari baru jadi lalat yang akan mati setelah bertelur kurang lebih lima sampai delapan hari.

Baca juga:  UMK Tingkatkan Layanan dengan Videotron & Press Corner

Nantinya hasil dari magot tersebut dipergunakan untuk pakan ikan yang dibudidayakan di TPS masing-masing. “Jadi, semuanya ada perputarannya tidak ada sia-sia tentang hasil apa yang kita lakukan,” tegasnya.

Sementara itu budidaya ikan di TPS yang mempunyai lahan, bertujuan untuk menarik nyamuk-nyamuk dan lalat liar, agar ke arah air lalu bertelur dan dimakan oleh ikan yang ada di kolam tersebut.

“Supaya para petugas yang bekerja disini tidak terganggu dengan adanya nyamuk mengitari pekerja. Juga agar dapat nantinya panen dari ikan yang dibudidaya bisa dijual atau dibuat makan bersama,” imbuhnya.(sam)