KUDUS – Kemarau panjang menyebabkan hasil panen Kopi Muria mengalami penurunan. Meski telah melakukan berbagai upaya, para petani di Desa Japan, Kecamatan Dawe tetap tidak dapat berbuat banyak.
Petani kopi bernama Bambang menjelaskan, tahun ini memang mengalami penurunan karena cuaca yang terlalu panas. Pasalnya cuaca panas berkelanjutan ini menyebabkan bunga kopi menguning dan gugur, sehingga gagal menjadi buah kopi.
“Tahun ini saya perkirakan cuma mendapat hasil kurang lebih 2,5 ton kopi basah, di ladang 0,75 hektare,” katanya kemarin.
Jika dibandingkan tahun lalu, panen saat ini mengalami perbedaan yang signifikan. Tahun kemarin hasil panen mencapai 3,5 ton lebih, dari luas tanah 7500 meter persegi miliknya. Meski demikian ia tetap optimis dengan kualitas dari kopi yang ditanamnya.
“Saya bisa mendapat hasil 3,5 ton lebih. Tapi tetap saya syukuri karena ini Rezeki dari Allah yang terpeting kita masih berusaha,” imbuhnya.
Hal senada juga dungkapkan oleh Adi Maharaja, pria yang berprofesi itu mengatakan, ia mendapatkan hasil panen berkisar 0,7 ton di tahun ini. Kemarin mendapatkan 1,1 ton di ladang 2000 meter persegi miliknya.
Selain mengalami penurunan hasil panen, Adi juga mengeluhkan adanya pandemi Covid-19 yang membuat ekonominya tidak stabil. Guna memenuhi kebutuhan ekonomi, ia mengaku mengbil pekerjaan lain, karena jika hanya bergantung pada hasil panen maka tidak akan cukup.
Masa yang sulit bagi saya karena tahun ini ada pandemi ditambah lagi panen yang kurang maksimal. Sebab itu saya harus mencari tambahan untuk memenuhi kebutuhan,” pungkasnya.(mg)