Kudus  

Kesulitan Ujian Daring, Siswi Dapat Bantuan

Issabell Caroline Aryadi
KENDALA: Issabell Caroline Aryadi ketika mengerjakan Penilaian Tengah Semester (PTS) di sekolah karena kekurangan fasilitas untuk mengerjakan di rumah. (BAWONO MAHDAN/ JOGLO JATENG)

KUDUS – Mendengar kabar tentang seorang siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP N) 2 Kudus kesulitan mengikuti Penilaian Tengah Semester (PTS) secara daring. Hal ini mendorong pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Kudus untuk memberikan bantuan sebuah telepon seluler (ponsel) pintar kepada Issabel Carroline Haryadi untuk mengikuti ujian.

Dipimpin langsung oleh Ketua DPC PKB, Mukhasiron hadir bersama bendaharanya Suparno, mereka mengunjungi rumah orangtua Issabel di RT 3 RW 3 Desa Nganguk Kecamatan Kota. Untuk menyerahkan bantuan sebuah ponsel pintar baru kepada putri dari Romi Haryadi, yang sehari-hari adalah pedagang bubur ayam di kawasan lapangan Rendeng.

“Mbak Issabel kan menjadi perhatian warga Kudus terkait keterbatasannya yang mengalami kendala dalam mengikuti PTS, akibat tak memiliki HP. Kami dari PKB tersentuh untuk bisa meringankan beban keluarganya. Dengan memberikan bantuan HP beserta kuota datanya diharap bisa langsung dipakai,” katanya.

Diharapkannya, pihak sekolah dan pemerintah kabupaten lebih peka terhadap kondisi siswa-siswi di Kudus yang orang tuanya memiliki keterbatasan ekonomi. Dengan memikirkan solusi untuk hal seperti ini. “Barangkali banyak siswa-siswi seperti Issabel yang belum tercover, sehingga perlu ada perhatian baik dari pihak sekolah maupun pemkab,” terangnya.

Romi Haryadi, ayah Issabel yang berprofesi sebagai pedagang bubur ayam merasa pendapatannya menurun drastic akibat pandemi Covid-19. Dirinya merasa senang dengan bantuan tersebut dan berharap ini akan menyelesaikan permasalahan kebutuhan sarana belajar bagi anaknya.

“Saya berterima kasih pada PKB Kudus atas bantuan ini, sehingga nanti anak-anak tidak lagi bergantian HP untuk daring maupun kegiatan belajar bersama kakak dan adiknya,” ungkapnya.

Seperti diketahui sebelumnya, Issabel hadir sendiri ke sekolahnya untuk PTS daring. Dia mengakui terpaksa mengerjakan di sekolah, sebab keluarganya hanya memiliki satu ponsel android dan digunakan untuk pembelajaran oleh kakak dan adiknya.

“Kakak saya, kelas sembilan SMP. Waktu ujian bersamaan, handphone-nya dipakai kakak. Makanya saya mengerjakan PTS di sekolah,” ucapnya.

Selama ini, dalam pembelajaran daring yang dilakukannya memang belum maksimal. Keterbatasan handphone membuat dia dan dua saudaranya harus saling bergantian saat belajar. “Kalau belajar atau mengirim tugas masih bisa digunakan bergantian. Kalau PTS waktunya berbarengan, makanya tidak bisa bergantian,” katanya.

Alasan itulah, selanjutnya membulatkan tekat Issabel untuk datang dan mengerjakan PTS di sekolahan. Sebelumnya, SMP 2 Kudus juga telah mengumumkan bersedia membatu fasilitas daring bagi siswanya yang membutuhkan.(sam/mg/rd2)