Dari Sekolah Kembali ke Sekolah

Kepala Sekolah SMAN 1 Semarang, Endang Suyatmi Listyaningsih
DISIPLIN: Kepala Sekolah SMAN 1 Semarang, Endang Suyatmi Listyaningsih berani mengubah tatanan lama untuk kemajuan. (MUHAMMAD FATHONI/ JOGLO JATENG)

SEMARANG – Bagi Endang Suyatmi Listyaningsih SMAN 1 Semarang bukan tempat yang asing untuknya. Sebab saat duduk di SMA dia pernah menimba ilmu di sekolah yang bangunannya masuk sebagai cagar budaya ini.

Namun siapa sangka setelah beberapa tahun, 16 September 2016 lalu ia menjadi orang nomor satu di sekolah tersebut. Endang, begitu ia dipanggil, menceritakan pengalamannya selama ini menjabat sebagai Kepala Sekolah tempat ia dulu belajar.

“Saya dulunya guru di SMAN 6, waktu itu Kepala Sekolah minta saya untuk ikut kompetisi menjadi Kepala Sekolah. Awalnya saya kurang, tapi begitu kepala sekolah saya bilang ‘ini instruksi kalian berdua harus membawa nama sekolah’. Akhirnya saya siapkan persyaratan seperti portofolio. Akhirnya saya lolos, kemudian diklat oleh LP2KS (Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah) akhirnya saya ditempatkan di SMAN 10,” terangnya mengawali perbincangan.

Baca juga:  Kawal Perkembangan Ekonomi Syariah melalui FAJAR 2024

Kepindahannya ke SMAN 1 Semarang juga menurutnya tidak lepas dari peran para alumni. Karena ia memang tidak memperkirakan mau di tempatkan di SMAN 1. “Ternyata setelah saya masuk disini, teman-teman alumni SMAN 1 menginginkan yang di SMA 1 itu alumninya sendiri,” imbuhnya.

Sebagai alumni sekolah, Endang tidak asing lagi dengan SMAN 1, karena pernah tiga tahun di sana. Hal tersebut membuatnya paham apa saja yang perlu ia perbaiki. Salah satunya terkait angka akreditasi. “Jadi semua yang terkait dengan akreditasi saya perbaiki,” ungkapnya.

Selain itu fasilitas penunjang lainnya juga ia perbaiki. Seperti pemasangan pintu di lantai dua. Endang menceritakan bahwa para guru mengapresiasi keberanianannya tersebut. Karena kepala sekolah sebelum dirinya tidak ada yang mengambil keputusan seperti dirinya.

Baca juga:  Pakar: Masalah Hukum Berpengaruh Besar pada Pencalonan

Endang melakukan pemasangan pintu untuk keamanan siswa di sekolah. Untuk melakukan perubahan itu Endang sampai harus mengirim surat ke Balai Pelestarian Cagar Budaya. Kemudian pihak terkait datang ke sekolah untuk memberikan masukan apa saja yang tidak boleh dilakukan, mengingat sekolahan tersebut masuk dalam bangunan cagar budaya.

“Saya bisa melaksanakan kalau sudah ada surat dari sana (Balai Pelestarian Cagar Budaya, red). Jadi ornamennya harus sama dengan yang lama. Alhamdulillah saya juga bisa menyelesaikan,” katanya.

Selama kurang lebih empat tahun menjadi Kepala Sekolah banyak pengalaman atau hal menarik yang di alami Endang. Ia menyebutkan kedatangan Presiden Indonesia Joko Widodo tahun 2017 menjadi pengalaman yang paling menyenangkan selama ia menjabat.

“Itu menjadi pengalaman yang menyenangkan, bertemu teman-teman Paspampres. Semuanya harus sesuai protokol penyambutan presiden. Jadi bisa lebih tau. Mungkin selama 20 tahun kebelakang, baru SMAN 1 yang di datangi Presiden Repubik Indonesia,” ceritanya.

Baca juga:  Dekase Ingin Ngesti Pandowo Terus Bisa Tampil di TBRS

Endang juga merasa selama empat tahun memimpin SMAN 1 Semarang juga tidak terasa, karena banyaknya giatan sehingga terasa cepat. Dikatakan, diawal kepemimpinannya para guru merasa kaget karena ketegasan dan kedisiplinannya dalam memimpin.

“Kalau orang yang tidak senang menilainya galak, karena galak sama disiplin itukan beda tipis. Kalau yang suka pasti mengacungi jempol, tapi kalau tidak senang anggapannya galak,” ujarnya lagi.

Ia tidak pernah peduli dengan anggapan orang yang tidak menyukainya. Baginya ia hanya menjalankan amanah yang telah diberikan maka harus dia laksanakan. “Pokoknya saya orangnya kalau ada yang tidak benar, langsung saya ingatkan. Tapi setelah itu saya tidak ada dendam,” pungkasnya. (fat/gih)