Kampung Budaya Piji Wetan Kudus Sabet Dua Penghargaan dari Kemendikbud

Kampung Budaya Piji Wetan Kudus
PERTUNJUKAN: Seni Teater yang ditampilkan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus pada lomba dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) beberapa waktu lalu. (SYAMSUL HADI/ JOGLO JATENG)

KUDUS – Kampung Budaya Dukuh Piji Wetan Desa Lau, Kecamatan Dawe, memperoleh gelar juara II kategori narasi, dalam lomba cerita budaya desaku yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Mereka berhasil masuk di dalam kategori 30 karya yang meraih penghargaan setelah bersaing dengan 962 karya dari seluruh Indonesia.

Penanggung jawab Kampung Budaya Piji Wetan, Muchammad Zaeni mengatakan, Kemendikbud membuat program lomba “Potensi Budaya Desaku”. Terdapat kategori lain, seperti video terbaik, narasi, dan foto. Lalu pihaknya turut mengikuti lomba tersebut.

“Alhamdullilah kami mendapatkan gelar juara II kategori narasi dan berhasil masuk juga menjadi salah satu dari 30 karya terpilih,” ucapnya kemarin.

Baca juga:  DPC Partai Hanura Kudus Deklarasi Cabup Cawabup

Pengumuman hasil lomba tersebut, lanjutya, diumumkan pada 1 Oktober lalu, yang diadakan kurang lebih satu bulan lalu. Terdapat 30 Karya terpilih, mendapatkan hadiah dana sebesar Rp 50 juta per satu karya atau satu desa. Untuk penghargaan juara II kategori narasi juga berupa uang Rp 3 juta.

Dalam lomba tersebut, Kampung Budaya Piji Wetan menyuguhkan karya yakni teater. Dengan menceritakan budaya yang ada di kampung itu dan juga ajaran dari Sunan Muria.

Pihaknya, kala itu mengusung tema dua ajaran dari Sunan Muria Kudus. Jejak peninggalan yang tidak berbentuk benda, melainkan ajaran alam cerita. Yaitu, Pager Mangkok dan Topongeli. Dengan melibatkan pemain sekitar 60 orang. Mulai dari anak-anak hingga bapak-bapak.

Baca juga:  Kudus Masuk Kategori Kota Kecil dalam Penilaian WTN

“Topongeli itu ajaran Sunan Muria yang berati tapa tapi ora keli, jelasnya bertapa tapi tidak hanyut. Kalau Pager Mangkok, Mbah Sunan atau Sunan Muria  dulu mengajarkan kita untuk banyak-banyak bersedekah,” tuturnya.

Karena melibatkan banyak pihak mulai dari warga setempat, demi untuk mengangkat tema tersebut. Pihaknya memerlukan waktu kurang lebih selama satu Minggu dalam mengkonsepkan dan berkoordinasi dengan pihak lain.

Kelompok teater Kampung Budaya Piji Wetan tersebut, awal mula berasal dari iseng yang lama kelamaan memilih untuk menggelar pentas seni berupa teater. “Berawal dari desa merambah-merambah, sampai pernah di main di Museum Kretek juga. Dan alhamdullilah kali ini juga mendapatkan hasil,” imbuhnya.

Baca juga:  Camat Dawe Arahkan Peningkatan Capaian Anggaran

Zaeni berharap, dengan adanya Kampung Budaya ini, bisa menjadikan Dukuh semakin rukun satu sama lain. Dikarenakan dengan upaya menyatukan semua kalangan yang ada di daerah tersebut, dan tidak memilah.(sam)