SEMARANG – Lomba lari Borobudur Marathon (BorMar) 2020 yang dijadwalkan berlangsung 15 November 2020 dan diikuti 30 pelari elite nasional, diputuskan digelar di Taman Lumbini, kompleks dalam Candi Borobudur, Magelang dan dipastikan tanpa disaksikan penonton secara langsung.
“BorMar yang dalam 2 tahun terakhir menyedot perhatian dunia tersebut, tahun 2020 didesain berbeda karena digelar di lingkungan Candi Borobudur,” kata Ketua Yayasan Borobudur Marathon, Liem Chie An dalam keterangan tertulis yang diterima di Semarang, Rabu (21/10/2020).
Tradisi sebelumnya Taman Lumbini hanya dijadikan lokasi start dan finis, sedangkan rute peserta tetap melintasi area publik, persawahan, bukit, bahkan perkampungan penduduk.
Liem Chie An mengungkapkan, aspek keselamatan dengan penerapan protokol kesehatan yang ekstra-ketat terkait wabah Covid-19 adalah faktor penentu yang mendorong pihaknya mengadakan lomba ini hanya di lingkungan candi serta steril dari sorak – sorai penonton.
“Kami menghindari risiko penularan virus corona. Kami dan panitia sudah berdiskusi panjang, konsultasi dengan Pak Gubernur Ganjar Pranowo, dan inilah solusi yang terbaik,” kata Liem Chie An.
Dia tak menampik dari sisi kemeriahan, event tahun ini tentu berkurang. Namun dengan model hybrid yaitu kombinasi elite race (mengundang 30 pelari yang direkomendasi otoritas atletik nasional PB PASI) dan virtual run yang diikuti ribuan pelari umum di Tanah Air, dia optimistis gaung dan eksistensi BorMar masih kuat.
“Pandemi corona tak menyurutkan langkah kami untuk menjaga eksistensi BorMar. Kami belajar dari London Marathon yang sukses meskipun di area taman dan tanpa penonton,” tambahnya.
Satu hal penting, kata dia, dengan model ini pihaknya mengedukasi ke masyarakat bagaimana membuat event dengan standar kesehatan yang tinggi.
Dia mencontohkan, bagaimana area lomba nantinya hanya dibatasi maksimal 100 orang. Para peserta, petugas lomba, panitia termasuk tamu undangan diwajibkan menjalani tes kesehatan sebelum masuk venue lomba.
Panitia Pelaksana BorMar Lukminto Wibowo menambahkan mengadakan lomba lari di lingkungan candi, tanpa penonton dan menerapkan protokol kesehatan adalah pilihan tepat di tengah pandemi ini.
“Sejak awal, kekhawatiran terbesar kami adalah interaksi penonton dengan pelari. Misalnya, bagaimana kami mampu mengendalikan penonton untuk pakai masker padahal mereka berada di depan rumah sendiri? Sekarang, jika ingin menyaksikan lomba bisa menonton tayangan langsung di televisi,” ujarnya. (ara/yos)