Batang  

Angkat Produk Lokal dengan Lomba Battle Robusta

Lomba Battle Robusta
SIAP MINUM: Peserta saat menyiapkan sajian kopi racikan mereka. (ISTIMEWA/ JOGLO JATENG)

BATANG – Koperasi Batang Coffe dan Kopiventure mengadakan lomba Battle Robusta dengan metode V60. Acara ini bertujuan untuk mengangkat brand kopi robusta yang menjadi mayoritas tanaman petani kopi di Batang khususnya.

Hal itu dijelaskan oleh Komisaris Koperasi Batang Coffe Rifani Zuniyanto di acara Throwdown V60 Battle Robusta yang berlokasi di Teras Coffe Desa Lebo Gringsing Batang, belum lama ini.

Menurut Octavianus Boli, seorang Q Prossesing Professional yang juga menjadi salah satu juri dalam kompetetisi kopi robusta ini, selama ini kopi robusta oleh beberapa penikmat kopi dianggap lebih rendah dibanding dengan kopi arabika. “Padahal tidak demikian. Robusta dan arabika itu jenis kopi, dan bukan berarti arabika lebih tinggi,” kata pria yang akrab disapa Bang Ibung.

Acara tersebut diikuti oleh tiga puluh dua peserta dari berbagai kabupaten di Jawa Tengah. Ibung juga sangat mengapresiasi adanya acara kompetisi robusta ini. Ia berharap akan ada lagi acara yang serupa, dan tak hanya di Batang.

Acara Battle ini dilaksakan tiga babak, yakni penyisihan, semi final, dan final. Di sela-sela antara babak penyisihan dan semi final, diisi dengan talkshow bertema Ngobrol Robusta, mulai dari menanam, proses pasca panen sampai harga di pasaran.

Ada empat pembicara yang dihadirkan dalam talkshow tersebut, dengan fokus yang berbeda-beda. Perihal budidaya kopi robusta dijelaskan oleh Rokhim, seorang petani kopi robusta dari Surjo, Bawang. Sekarang ia mendamping sekitar tiga ribu petani kopi di Batang dan sekitarnya. Bahkan, ia juga telah berhasil melakukan rekayasa genetika sehingga menghasilkan buah kopi yang berukuran jumbo.

Nara sumber yang lain, Bagus Pristanto T, seorang Q Arabica Grader menyatakan bahwa kopi dengan cita rasa yang berkualitas itu tidak sederhana. Dari hulu ke hilir tak boleh ada proses yang terputus. “Jadi kopi enak itu adalah hasil kerja dari berbagai pihal. Jika ada proses yang terputus, barista sehebat apa pun tak mampu memperbaikinya,” katanya. (gih/fat)