11 Hari Diisolasi di Rumah Sakit, Masuk Kerja setelah 40 Hari

Ahmad Kholil (Alan), Komisioner KPU Kudus
KEMBALI BEKERJA: Ahmad Kholil (Alan), Komisioner KPU Kudus kembali masuk kerja setelah sembuh dari Covid 19 belum lama ini. (DOK PRIBADI)

”Umi, jagain anak-anak ya. Kalau saya selama ini ada salah dan khilaf, tolong dimaafkan,” kata saya kepada istri malam itu. Saya juga menelepon orang tua dan dua adik yang di rumah. Ucapannya sama. Minta doa supaya sembuh dan memohon maaf jika ada salah selama ini.Saya juga sempat membikin status di WA yang bunyinya: Tolong dimaafkan jika saya punya salah.

Ya, malam itu rasanya seperti malam terakhir. Nafas saya sesak sekali. Sudah dibantu dengan oksigen tabung 5 liter masih sesak. Tidak bisa bernafas panjang. Pendek-pendek. Seakan hanya “nyangkut” di dada. Seperti orang mau tenggelam. Diganti bantuan tabung oksigen yang 10 liter juga sama. Masih sesak.

Mau tidur tidak bisa. Ngapa-ngapain sudah tidak kuat. Bisanya hanya tiduran. Saya pun terus berdoa kepada Illahi, memohon ampunan dan berdzikir. Jika saya diambil malam itu, saya introspeksi diri apakah bekal di dunia sudah cukup untuk menghadap Sang Kholik.

Anak saya ada empat. Masih kecil-kecil. Yang besar kelas VI SD. Nomor dua kelas IV SD, nomor tiga di TK kecil. Dan yang terakhir baru 2,5 tahun. Meskipun usia saya masih muda, tapi yang namanya maut tidak mengenal itu. Ketika sudah takdirnya, pasti akan tiba juga. Hanya, sekali lagi, apakah saya sudah siap menghadap Yang Maha Kuasa? Saya pun terus berdoa dan berdzikir supaya dosa selama ini diampuni oleh-Nya.

Baca juga:  Luas Lahan Petani Tembakau di Pati Meningkat Tiga Kali Lipat

Saya sempat berfikir, kenapa saya bisa kena covid? Siapa yang menularinya? Dan kenapa sampai muncul bercak putih di paru-paru dan pembengkakan di jantung yang menyebabkan sesak nafas. Padahal saya sehari-hari sudah berusaha menerapkan protokol kesehatan.

Pakai masker, jaga jarak, serta cuci tangan sudah saya lakukan. Tapi kenapa masih bisa kena? Padahal banyak di luar sana yang tidak percaya covid (tak menghiraukan protokol kesehatan), dan mereka fine-fine saja.

Ketika sempat ngomong begitu, istri saya menyahut. “Sudah, tidak usah bicara seperti itu. Ini yang namanya ujian dari Allah, kita terima saja dan terus berikhtiar supaya sembuh. Ini juga sebagai penggugur dosa, dan bukti jika Allah sayang sama abi,” kata istri menguatkan saya.

Kebetulan istri diperbolehkan menemani. Syaratnya, tidak boleh keluar masuk ruangan, alias ikut diisolasi bersama saya. Karena dia termasuk suspect. Bahkan, setelah di-swab, istri juga positif. Hanya, dia termasuk OTG (orang tanpa gejala).

Saya tidak membayangkan jika diisolasi sendirian. Dengan kondisi yang seperti itu, entah apa yang akan terjadi. Saya juga membayangkan, jika pasien covid yang sudah merasakan sesak nafas dengan kondisi tubuh lemas harus sendirian di rumah sakit, pasti akan kebingungan.Karena sudah tidak bisa ngapa-ngapain.Makan, minum, BAB, dan buang air kecil sendiri, dengan selang infus menancap di tangan.

Baca juga:  Pembebasan Denda Pajak PBB Kota Kudus Diperpanjang hingga 30 September

Meskipun perawatnya ramah-ramah, tapi ketika datang dengan pakaian mirip astronot tetap rasanya deg-degan.Perawat juga tidak seenaknya bisa masuk ke ruangan. Sehari hanya tiga kali. Pagi, siang, dan petang. Karena potokol kesehatan betul-betul harus diterapkan.

Beberapa hari di RS saya masih merasakan sesak nafas. Tidur pun susah. Paling dalam satu hari, hanya beberapa menit. Saya sempat berkonsultasi ke beberapa orang via handphone. Lagi-lagi Dokter Hilal (Direktur RS Aisyiyah) yang ramah. Beliau terus menyemangati saya. Termasuk Bapak Hilal yang satunya (Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kudus), Bapak Zulfa Kurniawan (Sekretaris PDM Kudus), dan Bapak Rizka Himawan (Wakil Rektor 1 UMKU). Mereka selalu memantau kondisi saya. Termasuk teman-teman dari KPU Kudusdan LHKP PWM Jateng. Saya ucapkan terima kasih banyak.

Dokter Hilal sempat meminta saya berkomunikasi dengan Dokter Agus. Beliau dokter di RS Aisyiyah yang pernah terkena covid. Sempat diisolasi di RS selama belasan hari juga karena sesak nafas. Alhamdulillahbeliau sekarang sudah sembuh.

Saya sempat telpon dan WA Dokter Agus. Beliau begitu perhatian. Menceritakan detail apa yang dialaminya. Hampir sama dengan yang saya alami. ”Semangat Mas, jangan lupa tetap makan, dan dibikin ceria. Tidak usah berfikir macam-macam. Yakin sembuh,” kata Dokter Agus.

Baca juga:  Kasus dr Aulia, 17 Saksi sudah Diperiksa

Selain mendapat semangat dari sejumlah orang, saya juga memilih berkonsultasi dengan dokter psikiatri di RS tersebut. Untuk membantu jiwa dan pikiran lebih tenang. Mengingat selama di RS susah tidur.

Selama 11 hari di RS, saya diperbolehkan pulang. Sempat shock, karena masih sesak nafas. Waktu itu berat badan turun dari 104 kg menjadi 98 kg. Masih obesitas. Hanya saja, data medis saya baik. Tekanan darah normal. Saturasi oksigen 95 (masih normal). Gula darah dan kolesterol normal. Sudah tidak demam. Saya pun pulang ke rumah. Alhamdulillah.

Ketika di rumah, saya masih berkomunikasi dengan Dokter Hilal, bertanya apa saja yang harus saya lakukan. Hampir semua nasihat beliau saya laksanakan. Mulai berjemur antara pukul 09.00-10.00. Minum air hangat, vitamin, jalan-jalan pagi, makan-makanan sehat, dan lainnya. Sejumlah teman dan atasan saya di KPU Provinsi Jateng juga membantu mengirimi obat herbal.

Alhamdulillah, selama tiga minggu di rumah, saya sudah mulai bisa beraktivitas. Rasa sesak nafas sedikit berkurang. Bahkan, tepat di hari ke-40 sudah masuk kerja kembali. Sekali lagi terima kasih banyak kepada semua pihak yang sudah membantu selama ini.Selalu jaga kesehatan dan terapkan protokol kesehatan di manapun berada. (*)