Akses Jalan Makam Syekh Mudzakir Putus

Jalan Makam Syekh Mudzakir Putus
RUSAK: Salah seorang warga tengah mengabadikan kondidi akses Jalan (Jembatan) menuju Syekh Mudzakir yang terputus, Rabu (27/1). (AJI YOGA / JOGLO JATENG)

DEMAK – Syekh Abdullah Mudzakkir atau akrab dipanggil Mbah Mudzakkir merupakan salah satu ulama besar yang menyiarkan Islam di kawasan Pantai Sayung. Makam Mbak Mudzakkir dan keluarganya tersebut dianggap keramat lantaran tidak terkikis dan tenggelam oleh terjangan ombak dan pasang surut air laut. Sehingga dikenal dengan Makam Terapung.

Namun, akses menuju makam Syekh Mudzakir di Dusun Tambaksari Desa Bedono tersebut putus lantaran diterjang ombak dan tingginya pasang air laut. Akses jalan penghubung dusun Tambaksari dan makam kini tidak bisa dilalui, baik dengan jalan kaki ataupun menggunakan sepada motor. Sehingga, untuk sampai ke makam para peziarah harus naik ojek kapal (nambang).

Warga Dusun Tambaksari, Bedono, Ismail mengatakan, akses jalan tersebut putus sejak Selasa (20/1) lalu. Ia mengaku sudah melaporkannya pada Dinas Pariwisata (Dinparta) Kabupaten Demak. Namun, untuk perbaikan akses jalan tersebut Dinparta mengatakan akan membenahinya jika kondisi air laut sudah stabil.

“Kita tidak bisa memaksa untuk cepat dibenahi, apalagi musimnya masih ektrim seperti ini. Jadi bagi para peziarah, sementara ini bisa menggunakan perahu dahulu, dengan membayar jasa 10 ribu perorangnya,” jelas pendiri Paguyuban Ojek Makam Syekh Mudzakir ini.

Ia menambahkan, akses jalan itu sudah berulangkali dibenahi, namun rusak lagi karena tidak kuat menahan terjangan ombak. Dirinya berharap, nantinya akses jalan menuju makam Mbah Mudzakir tersebut bisa dijadikan jembatan permanen dengan dicor beton atau kuat terhadap terjangan ombak.

“Jika besok waktunya dibenahi, saya harap bisa dibangun jembatan permanen yang tahan segala musim. Agar tidak berulangkali dibenahi, bisa dipakai jangka panjang. Apalagi makam Syekh Mudzakir selalu ramai dikunjungi,” imbuhnya.

Ismail mengatakan, jumlah kunjungan makam itu setiap harinya bisa mencapai ribuan orang. Peziarah yang datang ke makam tersebut pun beragam mulai dari warga lokal maupun luar daerah, misalnya Bandung, Cilegon, Palembang, Lampung, Jambi, dan Madura.

“Sekarang sepi, banyak peziarah yang sudah datang tapi pada pulang lagi, terutama yang takut atau enggan naik kapal,” tuturnya. (cr3/fat)