PATI – Banjir tahun ini merupakan yang terparah dalam empat tahun terakhir. Desa Ngastorejo, Kecamatan Jakenan bahkan terisolasi dari daerah lain. Sebab, hampir seluruh wilayahnya terendam air. Desa ini diapit oleh dua desa lain yakni Kedungmulyo dan Ngastorejo yang juga terendam air.
Kepala Desa Ngastorejo, Poniman mengatakan, banjir yang melanda wilayahnya telah berlangsung selama sepekan lebih. Sebanyak 330 kepala keluarga rumahnya direndam air. Selain itu, belasan hektar sawah siap panen juga terancam puso. “Ini sangat memprihatinkan. Warga kami tertahan di rumah. Akses jalan tak bisa dilalui kendaraan selain perahu,” terangnya, Selasa (9/2).
Ia menjelaskan, hingga saat ini ketinggian air yang menggenang paling rendah 20 cm hingga 1 meter. Sejumlah warganya juga telah mengungsi di rumah sanak keluarga di desa lainnya. “Selama ini desa kami jarang mendapatkan bantuan banjir dibanding desa lainnya. Kami berharap para dermawan untuk bisa turut membantu mengurangi kesusahan warga,” katanya.
Dalam kesempata yang sama, puluhan relawan NU Care menyisir rumah ke rumah di Desa Ngastorejo. Mereka membagikan bantuan sembako untuk dibagikan. Tantangan arus yang deras dari hulu air sungai membuat para simpatisan pemuda tersebut mengeluarkan tenaga ekstra untuk membagikan bingkisan sembako tersebut.
Syaiful Ma’arif, Korlap relawan NU Care mengatakan, saat ini ketinggian banjir di Ngastorejo adalah yang terparah menurut observasinya. Banjir itu menyebabkan semua rumah di 8 RT terendam banjir. “Saat ini warga masih bertahan. Kalau air tidak lekas surut, mereka hidup mengandalkan uluran bantuan untuk mempertahakan hidup,” jelasnya.
Total ada 7 desa di Kecamatan Jakenan yang terendam banjir. Kesemuanya adalah desa yang berada di dekat aliran sungai Silugonggo yang tak mampu menahan debit air. Berdasarkan laporan diterima, sebanyak 1.338 rumah warga terendam dan puluhan hektar sawah terancam gagal panen. (cr4/gih)