YOGYAKARTA – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sudah memasuki usia ke-57 tahun, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi organisasi pergerakan tersebut menjawab tantangan zaman yang semakin dinamis. Untuk itu, Pimpinan Cabang IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta mengadakan diskusi daring dengan tema Refleksi 57 Tahun IMM di Tengah Krisis Peradaban Senin (22/3).
Ketua Bidang RPKPC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta periode 2018-2019 Akmal Ahsan mengatakan, menjadi organisasi yang tidak muda membuat IMM harus terus berada pada jalur perjuangan yang tepat. Serta mampu merancang sistem perkaderan agar mampu menyesuaikan dengan zaman.
“Refleksi itu harus diikuti kemampuan kita memahami IMM ini dengan syarat historis dan mendudukkan hati untuk bermunasabah,” katanya.
Akmal menegaskan, IMM harus mampu melakukan refleksi atas kondisi peradaban saat ini dan melakukan refleksi atas dinamika pergerakan IMM selama 57 tahun. Gerakan yang dilakukan oleh IMM harus berpihak pada kepentingan rakyat, maka dari itu penting bagi kader untuk mampu menafsirkan nilai yang terkandung pada gerakan.
“Lemahnya basis kerakyatan, seringkali kita aksi justru bukan menjadi penyambung lidah aspirasi rakyat,” jelasnya. Sementara itu, Ketua Umum DPP IMM Najih Prasetyo menuturkan, organisasi ini bukan kelompok baru di Tanah Air. Diharapkan, kader IMM tidak mengalami penyempitan pola pikir.
“Penyempitan makna humanitas oleh kader-kader IMM yang tolak ukurnya hanya Demonstrasi dan bakti sosial atau melakukan galang dana di simpang lampu merah,” imbuhnya.
Menurutnya, jangan sampai terjadi penyempitan makna dalam konteks religiusitas. Sehingga terjadi hanya pada tataran mereka yang berjilbab panjang dan tidak merokok.
“Makna kaffah pada aspek spiritualitas dan humanitas, tidak hanya pada hubungan dengan Allah, tetapi juga dengan sesama manusia,” sambungnya.(akh)