MENGHADAPI dua kali helatan demokrasi, menjadi tantangan tersendiri bagi Siti Ulfaati. Ia yang juga masuk Divisi Sosialisasi Parmas Kampanye dan SDM KPU Demak membagikan pengalaman, yang tak akan pernah dilupakan.
Wanita kelahiran Pati 2 Januari 1988 ini mengatakan, pada Pemilu Serentak 2019 beberapa Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan Suara (PPS) meninggal dunia. Kejadian tersebut membuak rencana yang telah matang menjadi berantakan.
“Kami sempat merasakan takut dalam melaksanakannya, bisa atau tidak. Dikarenakan semrawut di logistik, melibatkan teman PPK, belum lainnya. Sampai ada wilayah yang kekurangan surat suara,” ungkapnya, baru-baru ini.
Sementara itu, pada Pilkada 2020 pandemi membawa kisah sendiri di Demak. Ia mengakui, dalam mencari orang di Pilkada tersebut sangatlah susah, lantaran minimal berusia 20-50 tahun dengan kondisi masyarakat yang takut akan Covid-19.
“Di sini kami bingung bagaimana caranya mencari orang di tengah maraknya Covid-19 pada saat itu. Di dalam data ada, tapi manusia kan punya hati punya perasaan beda sama data. Akhirnya pada 21 Maret 2020 dilakukan penundaan pilkada,” ujarnya.
Meski dengan beban tanggung jawab di pundaknya, ia tak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang ibu. Wanita yang mempunyai dua anak ini, bagaimana pun tetap menyempatkan untuk menyuapi sarapan anaknya di pagi hari. Ia juga selalu menyempatkan pulang untuk makan, meskipun hanya setengah jam.
“Anak saya itu sempat sampai berbicara, mamah itu bukan mamah saya, karena kesibukan yang saya jalani ini. Kalua suami sudah mengerti,” jelasnya. (sam/git)