Kudus  

Pedagang Taman Bojana Tutup Berjamaah

TUTUP: Terlihat pedagang kuliner di Taman Bojana yang menutup kiosnya secara berjamaah mulai Kamis (8/7). Mereka tutup karena sepi pembeli imbas penyekatan. (SYAMSUL HADI/JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng – Adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat di Kabupaten Kudus, membuat pedagang Taman Bojana terkena imbasnya. Oleh karena itu, seluruh pedagang kuliner di lokasi tersebut tutup berjamaah mulai Kamis (8/7).

Salah satu pemilik warung kuliner di Taman Bojana, Bambang Noor’ In mengatakan, sudah menutup tokonya sejak Rabu (7/7) lalu. Sebab, sejumlah titik menuju Alun-alun Simpang Tujuh Kudus telah ditutup atau disekat. Sehingga berimbas ke pelanggan yang akan datang.

“Kalau saya sudah tutup sejak Rabu (7/7) lalu. Kalau yang lainnya mulai hari ini (Kamis (8/7), red). Saya memilih tutup karena terakhir jualan Selasa (6/7) itu sehari tidak mendapatkan pelanggan sama sekali,” ucapnya saat dikonfirmasi mengenai tutup berjamaah.

Pada Rabu (7/7), lanjutnya, masih ada beberapa warung di Taman Bojana yang berjualan. Namun, mereka juga merasakan apa yang dirasakan dirinya sebelumnya, hanya satu dua tiga pembeli. Bahkan ada yang sama sekali tidak mendapatkan pembeli.

“Kami sudah tidak melayani makan di tempat, namun yang membeli untuk dibungkus pun tidak ada. Padahal sebelum penyekatan itu biasanya masih ada yang bungkus minimal sepuluh porsi. Lumayan bisa Rp 200 ribu perhari. Setidaknya bisa untuk jualan lagi besoknya,” tuturnya.

Pihaknya juga menyampaikan, meskipun para pedagang kuliner di Taman Bojana tutup berjamaah, biaya sewa atau retribusi masih tetap dikenakan. Ia pun juga tidak bisa mengira-ngira kapan akan buka kembali.

“Masing-masing pedagang itu bayarnya beda-beda, kalau saya perhari Rp 20 ribu, belum sama listrik dan lainnya. Tapi kalau saya nekat buka, hanya akan menambah kerugian, karena tak ada pembeli,” jelasnya.

Sementara itu, pedagang kuliner Taman Bojana lainnya Rudi Handoko juga merasakan hal yang sama. Ia menutup jualan sotonya per Kamis (8/7). Pihaknya mengaku, terakhir berjualan di hari Rabu (7/7) hanya ada dua pembeli saja. Ada yang sampai tidak ada pembeli.

“Imbas penyekatan ini bagi kami pedagang kuliner Taman Bojana sangat amat merugikan. Saya ada dua karyawan, masing-masing perharinya Rp 50 ribu, juga masih bayar retribusi Rp 13 ribu. Tapi, kalau nekat buka dan tidak ada pembeli, mending tutup,” terangnya.

Rudi membeberkan, sebelum penyekatan dilakukan dirinya bisa mendapatkan penghasilan perharinya Rp 1 juta. Akan tetapi setelah area Alun-alun Simpang Tujuh ditutup justru merugi.

“Saya ngga tahu sampai kapan akan tutup, mungkin sampai penyekatan sudah berakhir. Harapannya semoga penyekatan di dalam Kudus sendiri bisa dibuka, yang dilakukan filter penyekatan hanya akses keluar masuk Kabupaten Kudus saja,” pungkasnya. (sam/fat)