MAKASSAR, Joglo Jateng – Sistem zonasi untuk penerimaan siswa baru dinilai belum menghapuskan kasta sekolah di lapangan. Hal ini menyusul pengumuman 10 sekolah terbaik hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Sulawesi Selatan.
Ketua Umum Jaringan Sekolah Digital Indonesia (JSDI), Muhammad Ramli Rahim mengatakan, mayoritas 10 sekolah tersebut adalah sekolah khusus, bukan sekolah dampak zonasi. Hasil ini menunjukkan bahwa kasta sekolah masih ada.
Sebagai gambaran, dia mencontohkan adanya kekhususan dalam beberapa aspek. Seperti kekhususan Boarding School, keagamaan, ataupun menjadi top dalam sebuah kompleks sekolah.
“Jadi sistem zonasi yang diterapkan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir kelihatannya masih gagal mewujudkan cita-cita semua sekolah sama baiknya. Tanpa ada istilah sekolah favorit dan non-favorit,” jelasnya dalam keterangan pers, Selasa (12/10).
Kondisi tersebut secara tidak langsung justru membangga-banggakan sekolah terbaik. Bukannya menaikkan taraf sekolah tertinggal. Sehingga masyarakat masih berlomba-lomba mencari sekolah favorit.
Terlebih, kondisi di lapangan menunjukkan kendala pada titik koordinat google maps. Sering ditemukan calon siswa yang lokasi rumahnya jauh justru terbaca dekat dengan sekolah. Begitu pula sebaliknya.
“Kondisi ini harus menjadi perhatian bersama. Utamanya pengambil kebijakan di negeri ini. Sehingga cita-cita mulia untuk mencapai semboyan bahwa semua sekolah itu sama baiknya,” imbuhnya.
Pendistribusian guru yang berkompetensi juga diharapkan merata. Tidak menumpuk di sekolah tertentu yang dilabelkan sebagai sekolah favorit dan elit. Sementara sekolah-sekolah yang masih minim fasilitas dan jauh dari kota justru kekurangan guru kompeten. (ara/ern)