Masih Sengketa, Pemkot Tetap Kelola Sriwedari

DUDUK: Kawasan Sriwedari Surakarta yang masih menjadi sengketa antara Pemkot Surakarta dengan ahli waris Wiryodiningrat. (ANTARA/JOGLO JATENG)

SOLO, Joglo Jateng – Sengketa antara pemerintah daerah dengan ahli waris Wiryodiningrat terkait Sriwedari Solo masih berlanjut. Kendati demikian, Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta berkomitmen tetap mengelola kawasan tersebut 

Sekretaris Daerah Kota Surakarta, Ahyani mengungkapkan, masterplan di Sriwedari memang sudah dikonsep sebelumnya. Bahkan masuk rencana RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) dan RTRW (rencana tata ruang wilayah). Penggunaan lahan tersebut akan difokuskan untuk kegiatan budaya dan ruang terbuka bagi masyarakat.

“Bangunan di sana hanya untuk kegiatan budaya, di antaranya ada gedung wayang orang, Museum Keris, dan Museum Radya Pustaka. Untuk GWO yang lama akan dijadikan sebagai museum modern dan nanti akan dibangun lagi GWO yang lebih representatif,” ujarnya, belum lama ini.

Sedangkan, sebagian kawasan akan dikembalikan pada desain lama. Salah satunya ada jembatan lengkung. Menurut dia, pembangunan kawasan Sriwedari diprediksikan membutuhkan dana yang besar.

“Di kisaran awal anggaran menyentuh Rp 200 miliar, tetapi kalau gedung belum (belum termasuk). Untuk museum nanti kami akan mengacu pada teater modern baik yang ada di Indonesia maupun luar negeri,” terangnya.

Pada pengelolaan tersebut, sebagian pemerintah menggunakan APBN. Di antaranya untuk pembangunan Lapangan Sriwedari, Museum Keris, dan perawatan di kawasan Sriwedari.

“Termasuk Graha Wisata, revitalisasi kolam atau segaran, dan taman-taman yang ada di sana,” lanjutnya.

Sedangkan, pembangunan Masjid Sriwedari yang saat ini masih dalam proses akan menggunakan dana CSR dari perusahaan. “Tidak memungkiri kami butuh anggaran dari CSR,” tandasnya. (ara/ern)