UMKM  

Tangkap Peluang Natal dan Tahun Baru, Dyah Banjir Pesanan hingga 75 persen

Dyah Retnaji Titisari
CIAMIK: Hasil tart Natal dikemas apik oleh Dyah Retnaji Titisari, akhir pekan lalu. (ISTIMEWA / JOGLO JATENG)

PERMINTAAN roti tart kustom pada moment libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Bahkan mencapai 75 persen. Hal itu dialami oleh Dyah Retnaji Titisari, warga Jalan Taman Suryo Kusumo Tlogosari, Kota Semarang.

Usaha miliknya tak seperti membuat makanan ringan umumnya. Ia menawarkan jasa pemesanan pembuatan roti tart kustom. Pembeli bisa memasan sesuai keinginan dan berbagai bentuk hingga rasa. Seperti membentuk karakter binatang, butiran salju hingga tokoh Santa Claus.

Dyah sudah melakoni pembuatan roti tart kustom selama 10 tahun. Ia ikut mendapatkan berkah lantaran pesanan roti tart berbentuk pernik Natal meroket.

“Sudah dari pekan lalu permintaan terus berdatangan, ya berkah buat saya saat perayaan Natal tahun ini,” ujarnya, akhir pekan lalu.

Ia mengaku membuat roti hanya dibantu oleh suaminya saja. Setiap harinya belasan tart harus dibuat. Sehingga, mereka sempat kewalahan untuk memenuhi pesanan pelanggan.

“Karena yang membantu saya hanya suami, saat banyak pesanan, kami juga kewalahan. Karena tak jarang membuat 15 hingga 20 tart. Padahal untuk membuat satu tart membutuhkan waktu sekitar 4 jam,” ungkapnya.

Dyah yang menamai usaha ‘Shereenacakes’ itu mencatat, sejak awal Desember hingga kini sudah membuat ratusan tart pesanan untuk Nataru. “Kalau ratusan mungkin sudah ada, meski masih pandemi namun prosesntase pemesan sudah pulih seperti sebelum pandemi,” paparnya.

Saat ditanya terkait harga, ia menanggapi bahwa tart kustom buatannya paling murah hanya dibandrol harga Rp 250 ribu. Hal itu sesuai dengan tingkat kesulitan pesanan.

“Ada juga yang lebih mahal, tergantung tingkat kesulitan pesanan. Karena tak jarang banyak karakter ataupun model yang biasanya dipesan oleh pelanggan untuk ditempatkan di atas tart,” ucapnya.

Hingga saat ini, perempuan yang seringkali menjadi pelatih di Balai Latihan Kerja Kota Semarang itu menjelaskan, pemesan tart buatannya kebanyakan warga Kota Semarang. Sedangkan pemasarannya dilakukan melalui media sosial seperti Intargram.

Menurutnya, kemasan juga sangat berpengaruh terhadap penjualan produk buatannya. “Banyak faktor yang harus diperhitungkan, misalnya rasa, bahan yang benar-benar bermutu, kemasan, serta warna dan pemasaran,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga berpesan untuk para wirausahawan muda yang masih mencoba mengembangkan produk. Intinya jangan mudah menyerah. “Jangan takut gagal, tetap semangat, masalah laku atau tidak jangan terlalu dipikirkan, yang paling penting adalah percaya diri terlebih dahulu,” paparnya. (dik/gih)