Angka Stunting di Jawa Tengah Turun 7 Persen

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, Yulianto Prabowo (HUMAS/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Angka stunting di Jawa Tengah terus mengalami penurunan. Data dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) mencatat, angka stunting di Jateng 2021 sebesar 20 persen. Jumlah itu turun dari tahun sebelumnya yang sebesar 27 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, Yulianto Prabowo mengatakan, pihaknya bahkan memiliki data yang menunjukkan bahwa angka stunting di Jateng lebih kecil.

“Itu data SSGI yang sumbernya dari program, sementara kami punya data sendiri berupa laporan riset yang jumlahnya lebih kecil dari itu,” katanya belum lama ini.

Data riset soal stunting di Jateng, lanjutnya, pada 2013 atau di masa awal Ganjar Pranowo menjadi gubernur, stunting di Jateng mencapai 37 persen. Jumlah itu turun di tahun 2018 menjadi 31 persen.

“Sementara di tahun 2021 ini, menurut data riset itu, stunting di Jateng turun menjadi 19,9 persen. Jadi penurunannya cukup bagus,” jelasnya.

Capaian itu, lanjut dia, telah berhasil melampauai target Sustainable Development Goals (SDGs). Di mana dalam SDGs ditargetkan, angka stunting harus di bawah 20 persen pada 2030 nanti. “Kalau dari SDGs kita sudah melampauai target. Tapi Pak Presiden memiliki target lain yang lebih menantang, yakni harus di bawah 14 persen. Jadi kita masih akan mengejar itu,” ucapnya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengapresiasi semua pihak yang berperan dalam penurunan angka stunting di Jawa Tengah. Meski begitu, ia meminta semuanya tidak berpuas diri.

“Iya, kalau dari data itu kita berhasil menurunkan angka stunting. Tapi tentu tidak boleh berpuas diri. Kita harus genjot terus program-program dalam rangka menurunkan angka stunting ini,” katanya.

Ganjar mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan BKKBN terkait penurunan angka stunting. Selain itu, Jateng juga sudah punya program andalan yakni 5NG yang sudah berjalan cukup baik.

“Dengan sistem itu, kita bisa mengetahui yang hamil ada berapa, tercatat setahun ada 500.000-an (orang) ibu hamil di Jateng. Kemudian dikerucutkan lagi, yang bermasalah berapa, kalau hanya 20 persen misalnya, ya itu yang jadi intervensi kita,” jelasnya.

Tidak hanya soal stunting, program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng juga untuk menekan angka kematian ibu dan anak, serta memastikan kebutuhan gizi mereka. Dengan menggandeng BKKBN, program-program itu diharapkan semakin optimal.

“Kalau roadmap-nya sudah bagus, maka kita berani mengatakan akan berhasil berapa persen. Sehingga secara sistematis, kita bisa melaksanakan program dengan baik,” ucapnya. (hms/gih)