HET Minyak Goreng Dicabut, Pengaruhi Harga Makanan di Bantul

KELUH: Salah satu penjual gorengan lumpia di Bantul harus menaikkan harga jualannya karena kenaikan harga minyak goreng, Selasa (29/3). (ERNA SARI SUSANTI/ JOGLO JOGJA)

BANTUL, Joglo Jogja – Pencabutan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng pada 16 Maret lalu berimbas pada naiknya harga sejumlah makanan di Kabupaten Bantul. Bahkan, rata-rata kenaikan harganya hingga seribu rupiah.

Penjual gorengan di Kantin Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bantul, Isti Muryani mengatakan, kenaikan harga gorengan terjadi setelah pemerintah mencabut Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan. Dimana dirinya selalu menggunakan minyak goreng kemasan dari pada curah.

“Disini minyaknya pakai yang kemasan, tidak pernah menggunakan minyak curah. Kualitas bagus kemasan soalnya, jadi lebih memilih menjaga kualitas,” ujarnya, Selasa (29/3).

Isti menjaga kualitas gorengan dengan tetap menggunakan minyak goreng kemasan,  meskipun harganya mahal. Untuk itu, dengan terpaksa ia harus menaikkan harga gorengannya.

“Rata-rata memang harganya seribu per biji. Gorengan disini juga seribu per biji, ada mendoan, tahu, bakwan, kecuali pisang goreng ya harganya dua ribu per biji,” ucapnya.

Sementara penjual gorengan lumpia di depan Pasar Bantul, Marsya, juga memilih menaikkan harga gorengan. Dengan ukuran lumpia yang tetap sama.

“Ukurannya segitu, mending saya naikkan harga. Harganya naik Rp 500 per bijinya, ya gimana minyak goreng kemasan mahal,” katanya, belum lama ini.

Sementara itu, Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Bantul, Agus Sulistyana membenarkan hal tersebut. Bahwa terdapat sejumlah penjual gorengan yang menaikkan harga. Hal ini disebabkan naiknya harga minyak goreng.

“Rata-rata hasil produksi naik harganya, misalnya gorengan-gorengan itu ketika ukurannya sama, harganya naik. Tetapi ketika harganya sama, ukurannya diperkecil,” tegasnya. (ers/bid)