KUDUS, Joglo Jateng – Minyak goreng dan tahu di Kabupaten Kudus menjadi pemicu terjadinya inflasi di Kota Kretek. Pada Maret 2022 lalu, terjadi inflasi sebesar 0,81 persen, dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 108,07.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kudus Rahmadi Agus Santosa mengatakan, naiknya harga barang-barang di tujuh kelompok pengeluaran menjadi pemicu tingginya inflasi di Kudus. Seperti kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,41 persen. Kemudian pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,16 persen.
Selanjutnya, ada kelompok makanan, minuman dan tembakau yang menyumbang inflasi sebesar 2,43 persen, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,27 persen, dan kelompok transportasi 0,06 persen. Kemudian, kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran 0,12 persen, dan terakhir kelompok pakaian dan alas kaki 0,14 persen.
“Sedangkan, komoditas yang menyebabkan tingginya inflasi adalah adanya kenaikan minyak goreng, tahu mentah, celana jeans, cat tembok, sampai kue kering berminyak. Namun, masih ada kelompok yang masih stabil di Maret lalu,” ucapnya.
Adapun kelompok yang masih stabil, di antaranya kelompok pengeluaran kesehatan dan kelompok pengeluaran informasi komunikasi dan jasa keuangan. Kemudian, kelompok rekreasi olahraga dan budaya, serta kelompok pendidikan.
“Beberapa komoditas di kelompok tersebut masih stabil juga harganya. Tinggi inflasi di Kudus ini masih terbilang aman, bila dibandingkan dengan daerah pembanding lainnya di Jawa Tengah,” tuturnya.
Di Cilacap sendiri, mengalami inflasi sebesar 1,19 persen, Kota Surakarta sebesar 0,93 persen, Kota Tegal 0,89 persen, dan Purwokerto 0,82 persen. Sedangkan, tingkat inflasi tahun kalender Maret 2022 1,65 persen, dan tingkat inflasi dari Maret 2022 terhadap Maret 2021 2,70 persen. (sam/fat)